Page 293 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 293

268   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            manakala  situasi tampak  lebih  kondusif, petani dan  UMKM juga
            turut  menanam  kelapa  sawit  sebagai tanaman  yang dipandang
            menguntungkan.
                Sejumlah negara yang diukur dalam riset ini memiliki berbagai
            perbedaan  dalam  hal sistem  tenurial dan  memiliki keragaman
            hukum terkait bagaimana pengelolaan dan pengambilalihan tanah
            untuk kegiatan usaha. Negara-negara tersebut juga beragam dalam
            hal penegakan  hukum  dan  akses  terhadap  keadilan. Kombinasi
            antara  pengendali ekspansi yang sejenis  dengan  konteks  tenurial
            dan  legal yang berbeda  selanjutnya  menimbulkan  pola-pola  yang
            berbeda  pula. Konsekuensi-konsekuensi dari ekspansi kelapa
            sawit  bagi komunitas  lokal juga  sangat  beragam. Perbandingan
            pengalaman negara-negara ini menunjukkan, sebagaimana terjadi di
            Thailand dan Papua New Guinea, bahwa adanya penegakan hukum
            membuat ekspansi kelapa sawit berjalan moderat, dan hal tersebut
            bisa  menciptakan  rasa  aman  bagi komunitas  lokal, bahkan  turut
            meningkatkan  taraf  perekonomian  mereka. Sebaliknya, manakala
            hak-hak atas tanah diabaikan dan penegakan hukum sangat lemah,
            sebagaimana  terjadi di Kamboja, Malaysia, dan  Indonesia, maka
            ekspansi berlangsung secara  besar-besaran, bahkan  pada  taraf
            ekstrim  mengancam  keberlangsungan  hidup  petani gurem  dan
            UMKM.
                Ada suatu pola umum yang mana apabila terdapat ekspansi besar-
            besaran oleh perusahaan besar, maka pada saat yang sama terdapat
            penghargaan  yang rendah  terhadap  hak-hak  komunitas  lokal pada
            tanah  yang diambil alih, konlik  pertanahan, berkurangnya  rasa
            aman, dan pelanggaran hak azasi manusia. Pola umum lainnya yang
            diobservasi dari negara-negara subjek, bahwa produksi kelapa sawit
            telah  mendorong sistem  ketenagakerjaan  yang sangat  eksploitatif,
            ditandai upah buruh rendah, perlindungan kerja yang rendah, juga
            sengketa  perburuhan. Hal ini ditemukan  di Kamboja, Indonesia,
            Malaysia, dan  Filipina. Implikasi dari temuan-temuan  tersebut
            cukup  jelas, bahwa  untuk  memastikan  supaya  pengembangan
            kelapa  sawit  berada  di jalur  yang saling menguntungkan  semua
            pihak, memerlukan suatu instrumen hukum yang melindungi hak-
   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298