Page 296 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 296
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 271
pernah terjadi sebelumnya. Provinsi Kalimantan Barat baru-baru ini
ditargetkan sebagai tempat ekspansi terbesar di seluruh nusantara,
sehingga menimbulkan kerentanan sosial dan konlik baru secara
intensif terhadap tanah. Dalam skala besar, aktor negara beraliansi
dengan agribisnis dan modal global guna mengelola sejumlah
‘hutan nasional’ dan ‘lahan tidur’. Hal ini membuat pengguna lahan
hutan yang di bawah kepemilikan adat harus menghadapi tekanan
globalisasi neoliberal dan akumulasi sirkuit transnasional dalam
memproduksi sektor kelapa sawit. Fortin melakukan penelitian
lapangan di Kabupaten Sanggau dan mengungkapkan akses yang
sangat tidak rata terhadap tanah dan diskriminasi tenaga kerja
ditentukan oleh rezim yang sedang berkuasa, dan berbagai bentuk
penyertaan dan penggabungan lahan yang sangat merugikan.
Ekspansi kelapa sawit, konlik atas tanah yang belum
terselesaikan, dan aliansi antara swasta domestik dan kepentingan
transnasional, rupanya mengandalkan penipuan, pemaksaan dan
kekerasan untuk menumpas oposisi dan untuk memungkinkan
ekspansi secara terus-menerus dengan kecepatan yang tak
terkendali. Tesis Fortin membahas ekonomi politik industri minyak
sawit saat ini di dataran tinggi Kabupaten Sanggau, Kalimantan
Barat, di Indonesia dan mengidentiikasi mekanisme produksi dan
proses transformasi agraria yang berkaitan dengan hubungan sosial
yang berubah di mana lahan dan tenaga kerja telah di konigurasi
ulang untuk melayani kepentingan modal.
(VRP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di http://www.future-agricultures.org
IV. 17. Feintrenie, Laurene, “Chong, Wan Kian; Levang, Patrice.
2010. Why do Farmers Prefer Oil Palm? Lessons Learnt from
Bungo District, Indonesia”. Small-scale Forestry Journal.
Kata kunci: kelapa sawit, Bungo, Jambi, petani, konlik lahan
Dalam artikelnya, Feintrenie, Chong dan Patrice mendiskusikan
dampak pengembangan kelapa sawit dalam kehidupan keseharian