Page 298 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 298
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 273
terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Borras dkk pada 2008
mengenai perubahan struktur agraria, diferensiasi sosial, dan
dampaknya terhadap pengusiran dan perampasan hak. Ginting dan
Pye juga tidak mendiskusikan narasi kebijakan dari para pendukung
proyek tersebut, sebagaimana telah dianalisis secara sangat baik
dalam artikel dari Takeshi Ito, Noer Fauzi Rachman, Laksmi A. Savitri
(2011). Oleh karena itu, artikel ini berusaha menerangkan resistensi
terhadap perampasan tanah oleh MIFEE.
Ginting dan Pye mencoba menemukan jawaban terhadap
pertanyaan “apa yang terjadi ketika perjuangan politik agraria
diprovokasi oleh dinamika investasi pertanahan baru?”(Borras et al.
2011, 212) dan memperdebatkan apakah aliansi oposisi baru terhadap
proyek ini muncul sebagai tradisi perjuangan yang berbeda. Ginting
dan Pye juga memperhatikan sejumlah isu yang menyatukan ataupun
memisahkan masyarakat miskin pedesaan, gerakan terorganisir,
dan komunitas pedesaan, dan bagaimana MIFEE ditantang dan
ditentang secara diskursif. Mereka membahas 3 narasi yang terpisah
namun saling terhubung diseputar wacana hak-hak adat atas hutan,
penaklukan “imperialist” Indonesia di Papua, serta reforma agraria
dan kedaulatan pangan. Di saat yang sama, terdapat pilahan antara
masyarakat adat Papua yang menolak terhadap proyek tersebut dan
sejumlah kecil petani migran yang tinggal di Merauke dan tampak
menerima proyek tersebut. Hal tersebut menciptakan dilema
resistensi. Meskipun terdapat beberapa alternatif, seperti hak-hak
masyarakat adat terhadap tanah dan hutan, reforma agraria dan
kedaulatan pangan masih relevan dan berguna, namun Ginting dan
Pye meragukan hubungan kesemuanya itu, sehingga memerlukan
perenungan kembali dalam menghadapi perpecahan masyarakat
dan resistensi tersebut. Bahkan lebih lanjut, hal tersebut justru
mendorong lebih banyak pertanyaan dibandingkan jawabannya.
Ginting dan Pye berharap bahwa dari sejumlah pertanyaan yang
hadir dari resistensi terhadap MIFEE dapat membantu perjuangan
lain dalam menentang perampasan tanah di belahan bumi lain.
Perampasan tanah melalui MIFEE menunjukkan sejumlah
potongan kasus dalam berbagai cara. Peran proaktif pemerintah
nasional maupun daerah, dan pembiaran-pembiaran terhadap sejumlah