Page 328 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 328

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  303


              Regulasi-regulasi ini sangat  berbahaya  bagi sistem  perkebunan
              rakyat yang diusahakan oleh kelompok penduduk asli (indigenious
              people) dan para petani di Indonesia.
                  Pada tahun 2008, Indonesia mengambil posisi Malaysia sebagai
              produsen terbesar minyak sawit (CPO) di dunia. Selama seperempat
              tahun  pertama, Indonesia  memproduksi 8,17 juta  ton  CPO. Pada
              tahun 20120, Indonesia memproduksi 21,3 juta ton CPO. Dari jumlah
              ini, 6 juta  ton  digunakan  untuk  kebutuhan  domestik  dan  sisanya
              diekspor  ke  Cina, India  dan  Uni Eropa. Dari ekspor  minyak  sawit
              ini, Indonesia  memperoleh  pendapatan  9,11 juta  dollar  atau  12%
              dari APBN. Sementara keuntungan minyak sawit yang begitu besar,
              terdapat resiko cukup besar yang muncul. Sejak tahun 2000, Sawit
              Watch  mendokumentasikan    ekspansi perkebunan  kelapa  sawit
              yang telah  mencapai 800.000 hektar  pertahun. Perluasan  ini telah
              memunculkan   banyak persoalan  sperti konlik lahan antara produsen
              minyak  sawit  dan  masyarakat  yang mengusahakannya, problem
              lingkungan  seperti asap  dan  banjir  yang mulai mengkhawatirkan,
              kerawanan  pangan  yang terjadi akibat  pengusahaan  tanaman  non
              pangan, dan meningkatkan harga bahan pangan.
                  Tulisan  ini lebih  lanjut  memaparkan  tentang kajian  yang
              dilakukan oleh Sawit Watch SKP pada bulan Juli sampai Agustus 2010
              untuk meneliti dampak investasi berskala besar pada mega proyek
              MIFEE pada  hak-hak  adat  penduduk  asli, khususnya  suku  Marind
              di Merauke. Sejak resmi diluncurkan pada tahun 2010, pembukaan
              lahan seluas 1 juta hektar telah dilakukan oleh investor dari berbagai
              bisnis dari mulai pertanian padi, perkebunan kelapa sawit, kedelai,
              produsen  jagung, industri kayu, usaha  perikanan  dan  peternakan.
              Sawit Watch mencatat ada 36 perusahaan yang akan berinvestasi di
              wilayah ini.
                  Dalam  konteks  MIFEE, penduduk   asli ternyata  tidak  tahu
              bahwa  tanah-tanah  mereka  diambil alih  pengusahaannya  oleh
              para investor melalui proyek MIFEE. Hal ini terjadi karena hak-hak
              adat  yang tidak  tercatat, dan  juga  tidak  adanya  kemauan  politik
              dari pemerintah  untuk  melindungi hak-hak  dan  kesejahteraan
              mereka, termasuk  juga  meningkatkan  kondisi sosial mereka. Di
   323   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333