Page 332 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 332
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 307
dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lahan gambut
sehingga tidak menimbulkan kerusakan fungsi lingkungan. Atas
dasar hal-hal tersebut di atas dan untuk pengusahaan budidaya
kelapa sawit di lahan gambut tidak menimbulkan kerusakan fungsi
lingkungan, dipandang perlu menetapkan pedoman pemanfaatan
lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit.
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bambang
Heru Sardjono dan Sawit Watch didapat satu kesimpulan bahwa
kebun kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral selama 25 tahun
hanya mampu menyerap 130 ton CO2 eq/ha atau kalaupun bervariasi
maka kemungkinan besar tidak akan lebih dari 180 ton CO2 eq
dengan mengingat kandungan karbon pada bagian atas permukaan
di kebun kelapa sawit di Tanah Grogot adalah 39,94 ton / ha atau
setara dengan146,58 ton CO2 eq./ha.
Emisi GRK yang realistik dari lahan gambut yang terdrainase
adalah 25-55 ton CO2-eq/ha/tahun atau sekitar 625-1375 ton CO2-eq
selama 25 tahun. Sementara itu untuk tipe penggunaan lahan alang-
alang pada kedalaman 0-30 cm, total kandungan karbonnya sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan pada areal bekas pembalakan dan
areal bekas terbakar yaitu 252,855 ton/ha atau setara dengan 927,98
ton CO2 eq./ha. Semua data ini kemudian memperjelas bahwa lahan
gambut tidak layak untuk ditanami kelapa sawit karena kalau pun
tetap akan ditanam maka Gas Rumah Kaca yang ada sekarang akan
bertambah seiring dengan dibukanya lahan gambut.
(VRP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di: www.sawitwatch.or.id
IV. 35. Savitri, A Laksmi. 2013. Korporasi dan Politik Perampasan
Tanah. Yogyakarta: Insist Press.
Kata kunci: MIFEE, Papua, perampasan tanah
Empat puluh enam perusahaan diundang masuk ke Merauke
dalam rangka membangun dan menciptakan pertumbuhan melalui
mega proyek bernama MIFEE. Perusahaan yang datang ke kampung