Page 330 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 330
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 305
perkebunan, antara masyarakat dengan perusahaan dan antara
masyarakat dengan negara. Tulisan ini diakhiri dengan rekomendasi
yang ditujukan bagi pemerintah distrik Merauke.
(DWP)
Keterangan: Artikel tersedia di Perpustakaan Konsorsium Pembaruan
Agraria (KPA) - Jakarta
IV. 34. Sardjono, Bambang Hero (ed). 2009. Pembangunan
Kebun Kelapa Sawit Berbasis Gas Rumah Kaca: Tinjauan Kritis.
Perkumpulan Sawit Watch.
Kata kunci: gas rumah kaca, kelapa sawit, lahan gambut, karbon
Sampai tahun 2009 Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit
seluas 7,8 juta hektar yang tersebar dari pulau Sumatra hingga Papua.
Setiap tahun sejak masa reformasi, menurut catatan Sawit Watch,
terdapat 300-400 ribu ha pertumbuhan kebun sawit baru. Hal ini
disebabkan oleh tingginya permintaan pasar dunia akan minyak sawit
sebagai bahan makanan, obat-obatan, dan energi serta keinginan kuat
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
pembukaan lapangan kerja dan pemberantasan kemiskinan. Selain
memberikan efek terhadap ekonomi makro Indonesia, ekspansi tadi
ternyata memunculkan persoalan sosial dan lingkungan. Penggusuran
lahan hingga kriminalisasi terhadap masyarakat adat/penduduk lokal
merupakan salah satu dampaknya. Sementara itu bencana alam seperti
banjir dan kabut asap menjadi momok di setiap musim hujan dan
kemarau menerpa. Pengembangan kebun sawit yang kerap dilakukan
dengan mengkonversi hutan dan lahan gambut ternyata melepaskan
jutaan ton karbon dioksida (CO2) dan membuat Indonesia menjadi
kontributor emisi CO2 terbesar ketiga di dunia. Gas rumah kaca
menjadi terlepas ke udara yang mengakibatkan pemanasan global dan
perubahan iklim.
Pembukaan lahan gambut sering kali menggunakan proses
pembakaran. Akibatnya adalah kebakaran yang terjadi di lahan
gambut akan berjalan lambat (sehingga penanganannya akan