Page 354 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 354
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 329
itu kasus yang kedua adalah akuisisi tanah untuk pembangunan
infrastruktur dan perluasan kawasan urban dengan mengambil
kasus di desa Mojomulyo Jember. Analisis kajian dikembangkan
dari dua sumber utama yaitu dokumen-dokumen kebijakan
ekonomi dan politik yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk
kepentingan investasi, terutama yang berkembang pasca krisis
ekonomi di tahun 90-an. Pertanyaan yang dimunculkan adalah
bagaimana mengendalikan struktur masyarakat dan sistem produksi
awal? Adakah perbedaan atau kekhususan dalam sistem tenurial dan
sistem produksi antara laki-laki dan perempuan? Bagaimana proses
perampasan tanah terjadi dan proses serta mekanisme perampasan
tanah seperti apa yang terjadi? Perubahan tenurial lahan seperti
apa yang terjadi? Bagaimana perubahan dalam kepemilikan tanah
berdampak pada pengaturan produksi, khususnya relasi sosial
produksi dan reproduksi?
Mekanisme land grab di wilayah Halimun dapat ditelusuri sejak
masa kolonial. Sejak zaman Belanda, masyarakat sudah menempati
wilayah Halimun dengan membayar pajak konvensional untuk
rumah dan pengolahan lahan. Sementara itu ketika Perhutani Unit
III masuk dan mengelola Kawasan Halimun untuk hutan produksi
pada tahun 1978 sampai kemudian perluasan Taman Nasional
Salak Halimun pada tahun 2003, akses dan kontrol masyarakat
terhadap sumberdaya menjadi terbatas, masyarakat terjebak dalam
kemiskinan dan terintimidasi oleh kekerasan yang seringkali terjadi
akibat upaya mereka mempertahankan livelihood aslinya.
Sementara itu untuk kasus akuisisi tanah untuk pembangunan
Jalur Lintas Selatan yang melewati kawasan Desa Mojomuluo,
mekanisme land grab dimulai saat ada penawaran pembangunan
Jalan Lintas Selatan. Proses berlanjut dengan proses akuisisi
tanah (ganti rugi dan tali kasih) dengan harga yang rendah untuk
kompensasi, intimidasi dan pemerasan. Hal ini kemudian berdampak
pada: perubahan livelihood karena hilangnya lahan-lahan untuk
bertanam padi karena dijual untuk konsumsi; meningkatnya jumlah
pengambek (pencari ikan) dan pekerja migran. Pada akhirnya
perempuan terjebak dalam kemiskinan dan terbatasnya akses serta