Page 358 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 358

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  333


              prosedur  formal negara  atau  juga  dengan  penggunaan  kekerasan
              militer  untuk  merampas  tanah-tanah  pribadi. Prosedur  legal
              dilakukan terutama di wilayah yang diakui sebagai tanah milik negara
              dan  melalui mekanisme  pasar  tanah. Selain  difasilitasi langsung
              oleh  negara-negara  asal investor  dan  pembuatan  instrumen  legal
              oleh negara penerima investasi, investasi asing berskala besar untuk
              pembelian dan penyewaan tanah dengan argumen kemanan pangan
              ini, juga  difasilitasi oleh  lembaga  perpanjangan  tangan  Bank  Dunia
              yang disebut sebagai International Financial Corporation (IFC). Dalam
              tulisan ini, Savitri juga menjelaskan bahwa skenario pengambilalihan
              tanah  ini juga  direspon  dengan  berbagai bentuk  resistensi atau
              perlawanan  dengan  mengusung wacana  tentang pemutusan  ikatan
              sosial atas tanah yang diwujudkan dengan gerakan protes



              (DWP)
              Keterangan:  Artikel merupakan koleksi pribadi (lucia_wulan@yahoo.
              com)

              IV.48.  Syarief,  Efendi.  2004.  Melawan Ketergantungan pada
              Minyak Bumi. Minyak Nabati dan Biodiesel sebagai Alternatif
              dan Gerakan. Yogyakarta: Insist Press.

              Kata Kunci: Indonesia, minyak bumi, bahan bakar alternatif, biofuel



                  Tulisan ini mempromosikan bahwa Indonesia sangat potensial
              menjadi negara  pengekspor  BBM ke  negara-negara  lain  seperti
              Singapura dan Hongkong. Hal ini dimungkinkan karena Indonesia
              memiliki lahan  pertanian  yang luas. Indonesia  memiliki lahan-
              lahan  luas  terutama  di luar  Pulau  Jawa  yang nisbi masih  jarang
              tingkat  kepadatan  penduduknya  dan  dianggap  kurang produktif
              pemanfaatannya. Lahan  alang-alang dan  tegalan  di Propinsi NTB
              seluas  800.000 hektar  dan  wilayah  NTT  adalah  dua  lokasi yang
              akan  disasar  untuk  pengembangan  produksi bahan  bakar  nabati.
              Proil keuntungan   inilah  yang kemudian   menyiratkan   ambisi

              untuk  memposisikan   Indonesia  sejajar  dengan  negara-negara
              pengekspor bahan bakar nabati lain yang telah memperoleh banyak
   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362   363