Page 363 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 363

338   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


            untuk  sebuah  ‘spatial ix’ dimana  didalamnya  pemodal difasilitasi
            oleh negara untuk mengambil surplus tanah dan tenaga kerja untuk
            memulai sebuah sirkuit akumulasi capital. Terjadi apa yang disebut
            dengan accumulation by dispossesion  yaitu  proses  pelepasan  aset-
            aset (termasuk tenaga kerja) dengan biaya yang rendah.

                Pada tahap selanjutnya, penulis menjelaskan adanya kontradiksi
            antara korporasi dan rezim pangan dunia ketiga. Signiikansi antara
            relasi produksi pangan  dan  konsumsi secara  historis  Mencermati
            peran  negara  dalam  mengalamiahkan  proses-proses  kekerasan
            dalam perampasan tanah untuk mengatasi kontradiksi yang muncul
            dalam rezim pangan ketiga (corporate-environmental regime). Krisis
            pangan  dan  energi tahun  2008, direspon  dengan  menciptakan
            perkebunan  monocrop   berskala  luas  di wilayah  surplus  tanah.
            Muncul konsep   baru  ‘food estate’ yaitu’ pertanian  mono-crop
            berskala  luas  yang dikelola  oleh  negara  dengan  investasi dari
            korporasi Fenomena  baru  dalam  MIFEE adalah  ‘green  kapitalisme’
            dengan  pilar  kembarnya  untuk  memproduksi pangan  dan  energi
            terbarukan. Tujuan  utama  MIFEE adalah  mencapai ketahanan
            pangan  dan  pembangunan  wilayah  pedesaan  disamping menjaga
            lingkungan dan teknik pertanian lokal, food regime (Friedman- pada
            kenyataannya  membuka  ketegangan  internal yang memicu  krisis).
            MIFEE yang dimunculkan   sebagai respon  atas  krisis  pangan  dan
            energi dunia ternyata tetap tidal mampu menyelesaikan kontradiksi
            internal yang muncul terkait pola relasi produksi dan konsumsi yang
            baru akibat akuisisi tanah dan tenaga kerja
                Proses  naturalisasi  pengambilalihan  sendiri  diperlukan
            karena konsep rice estate atau food estate merupakan konsep baru
            yang dianggap  kurang lazim  (aneh), karena  itulah  diperlukan
            mekanisme  untuk  membuat   mode  produksi pangan  ini seolah-
            olah  terlihat  sebagai sesuatu  yang ‘alami’ (tidak  menimbulkan
            pertanyaan  dan  resistensi). Disinilah  kemudian  memakai konsep
            Winichakul-kartograi, rezim  pemetaan, dimana   peta  itu  tidak
            pasif/tranpasran, tetapi sebuah  mediator  aktif. Peta  dibuat  untuk
            memenuhi permintaan   pembuatan   peta. Relasi antara  pembuat
            kebijakan dan wacana kebijakan seperti negara dan pembuat peta,
   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367   368