Page 368 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 368
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 343
dan relasi yang terbangun dengan adanya ekspansi perusahaan
sawit berhadapan dengan struktur patriarki lokal yang sudah ada,
menghasilkan perubahan pada pola hak-hak tanah pada perempuan,
pembagian kerja, livelihood, kesetaraan suara dalam komunitas dan
resistensi untuk beberapa pembangunan ini.
Kajian ini memakai pendekatan ekologi politik feminis. Politik
ekologi adalah satu wilayah yang berupaya untuk mengungkap
kekuatan politik dalam akses, pengelolaan dan transformsi
lingkungan dengan emngaplikasikan pertanyaan dasar dari
ekonomi politik: siapa memiliki apa, siapa melakukan apa, siapa
memperoleh apa dan apa yang mereka lakukan dengan semua itu
berkaitan dengan perubahan lingkungan produksi yang diinspirasi
oleh sebuah paham kebijakan lingkungan. Sementara ekologi politik
fokus pada distribusi akses dan kontrol terhadap sumber daya yang
tidak seimbang sebagai basis dari etnisitas dan kelas, ekologi politik
feminis menempatkan gender sebagai variable kritikal dalam politik
ekologi. Politik ekologi feminis secara khusus memfokuskan diri
pada interaksi gender dengan kelas, kasta, ras, budaya, dan etnisitas
dalam membentuk rose-proses akses dan kontrol sumberdaya
serta perubahan ekologi, dan perjuangan laki-laki dan perempuan
untuk mempertahankan lingkungan yang layak untuk penghidupan
mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaksetaraan gender
sudah mulai muncul dalam proses pengambilalihan lahan. Dalam
proses pembangunan perkebunan, perusahaan melakukan
pendekatan pada pimpinan komunitas adat dan tokoh-tokoh lain
seperti guru, pimpinan keagamaan yang kesemuanya laki-laki
untuk menyampaikan informasi kepada anggota komunitas yang
lain. Biasanya pimpinan formal dan informal ini menerima insentif
(uang, janji akan memperoleh bagian (plot) lahan) atas kerja keras
mereka atau berdasarkan jumlah anggota komunitas yang bersedia
menandatangani perjanjian.
Berkaitan dengan pengalaman yang dihadapi perempuan dengan
adanya pengoperasian perkebunan, mereka mengalami: kehilangan
hak penguasaan, pembagian kerja berdasarkan gender dan feminisasi