Page 373 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 373

348   Dwi Wulan Pujiriyani, dkk


                Ekspansi biofuel masa kini bagi White dianggap sangat penuh
            paradoks. Meningkatnya permintaan dunia untuk biofuel, mendorong
            kehausan modal akan tanah untuk menumbuhkan tanaman padat
            tanah  ini. Semua  ini bertujuan  bukan  untuk  mengurangi, tetapi
            justru mempertahankan pola konsumsi energi berlebihan. Produksi
            biofuel justru akan mempercepat pemanasan global dan hanya akan
            berkontribusi sangat kecil bagi kebutuhan energi global. Dalam dua
            dekade ke depan, banyak negara akan dibebani dengan areal-areal
            raksasa dari kelapa sawit dan tanaman jarak yang tidak dibutuhkan
            lagi setelah  beberapa  tahun  berproduksi, pohon-pohon  yang sulit
            dan mahal untuk dihancurkan dan yang akan meninggalkan tanah
            dalam  kondisi sangat  miskin  untuk  dapat  kembali ke  budidaya
            tanaman campuran berkelanjutan atau reboisasi.
                Di Indonesia dan banyak negara lainnya, sebagian besar ekspansi
            biofuel yang diproyeksikan  tersebut  rencananya  akan  berlokasi di
            wilayah-wilayah luas yang penguasaannya tidak (belum) dilindungi
            oleh hukum yang mengatur hubungan-hubungan hak milik pribadi,
            tetapi mempunyai status  tanah  ‘publik’ atau  ‘negara’. Tanah-tanah
            ini memberi penghidupan bagi jutaan petani dan pengguna hutan
            di bawah  beragam  kedudukan  hubungan  tidak  resmi dan  semi-
            resmi atau ‘adat’, individu atau kolektif. Hal ini pada kenyataannya
            berdampak  luas  pada  mata  pencaharian  penduduk  di pedesaan.
            Status kepemilikan tak resmi dan tidak pasti, dimana banyak petani
            dan  pengguna  hutan  mengusahakan  lahan  ini, membuat  mereka
            rentan. Di banyak negara dimana proyek-proyek biofuel berkembang,
            ada keprihatinan luas tentang pelanggaran serius baik terhadap hak
            atas tanah dan hak asasi, dengan banyaknya ketidakberesan dalam
            cara  mendapatkan  tanah  serta  cara  memperlakukan  petani yang
            dilakukan oleh perusahaan modal besar.
                Banyak kasus terjadi penipuan dalam proses pengadaan lahan,
            seperti (a) skema inti-plasma Kalimantan Barat (Indonesia) dimana
            penduduk  menyerahkan  tanah  adat  mereka  (7,5 ha) & hanya  2 ha
            diantaranya yang dikembalikan. Sisanya diambilalih oleh perusahaan
            (b) perusahaan  Sun Biofules Inggris  yang mengambilalih  lahan  di
            Tanzania tanpa diketahui warga setempat, (c) perusahaan Daewoo
   368   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378