Page 37 - Berangkat Dari Agraria
P. 37
14 Berangkat dari Agraria:
Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
Memang pembaruan agraria yang digulirkan belum utuh dan
ideal, apalagi sempurna. Masih perlu pembenahan, pelurusan,
pematangan, dan penguatan. Hal yang dilakukan Winoto bersama
BPN berguna bagi penyiapan fondasi komitmen politik pemerintah
untuk melaksanakan pembaruan agraria. Di era Hendarman
Supandji, akankah pembaruan agraria terus bergulir maju atau
justru surut mundur ke belakang?
Meminjam pesan pendeknya Dr Gunawan Wiradi (Ketua Dewan
Pakar KPA) kepada penulis, “Semoga saja dasar-dasar yang telah
diletakan Joyo Winoto tidak diobrak-abrik lagi” (14/06/12, 13.52).
Mari kita cermati dengan saksama.*
1.4. Mari Berdayakan Kaum Tani 4
Ketika kita merayakan Hari Tani Nasional 24 September 2012,
nasib petani tetap tak menentu. Sebagian besar petani tetap tak punya
tanah dan berpenghasilan rendah. Kemiskinan dan ketidakadilan
tetap merata di desa-desa. Petani tetap minim perlindungan dan
lemah daya.
Di tengah minimnya perhatian negara terhadap petani, secercah
harapan baru memancar. Dewan Perwakilan Rakyat (Komisi IV)
tengah menyusun RUU tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani. Inisiatif ini terasa istimewa dan sejenak mengundang
apresiasi. Namun, setelah membaca draf naskah akademik dan RUU
tersebut, penulis menemukan sejumlah substansi kritis. Betapa
naskah akademik dan RUU yang ada terasa kental nuansa ekonomi-
politik pertanian yang liberal dan kapitalistik.
Substansi RUU ini juga belum mencerminkan masalah-masalah
pokok yang dihadapi petani. RUU ini juga tak menempatkan konflik
agraria sebagai masalah pokok dan tak cukup kuat menunjukkan
ketimpangan penguasaan alat produksi. Tak digambarkan
ketidakadilan proses produksi dan distribusi hasil pertanian. Tak ada
uraian butir-butir “hak asasi petani”.
4 Sinar Harapan, 24 September 2012.