Page 136 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 136

Masalah Agraria di Indonesia

                kopi, karet, teh dan sebagainya. Onderneming makin luas,
                keperluan tenaga kuli menjadi masalah yang lebih penting lagi.
                Orang-orang Tionghoa dianggap sangat baik dan cakap untuk
                pekerjaan ini, terutama perkebunan tembakau. Boleh dika-
                takan, perusahaan tembakau di Deli menjadi demikian besar-
                nya tidak lain karena tenaga mereka itu.
                    Di waktu perang dunia pertama tahun 1919/1918, Suma-
                tera Timur terpaksa tidak mendatang kuli dari bangsa Tiong-
                hoa. Perkebunan tembakau mengalami kesulitan yang besar.
                Tetapi akhirnya ternyata kuli-kuli dari Jawa yang dapat dida-
                tangkan secara besar-besaran, sangat baik juga untuk bekerja
                di perkebunan tembakau. Karena itu, sesudah perang dunia
                pertama, makin berkurang mendatangkan pekerja-pekerja
                bangsa Tionghoa. Akhirnya pada tahun 1932 sudah tidak lagi
                mendatangkan pekerja-pekerja dari bangsa Tiongkok, karena
                sudah tidak perlu lagi. Cukup mendatangkan  kuli dari Jawa
                yang bersedia bekerja di onderneming tembakau dari onder-
                neming lainnnya di Sumatera. Selama setengah abad lebih,
                dari 300.000 orang Tionghoa telah didatangkan di onderne-
                ming Sumatera Timur, sebagian sudah dikembalikan karena
                habis waktunya. Berhubung dengan keperluan dan pemakaian
                tenaga itu, Pemerintah Hindia Belanda membuat peraturan
                untuk menjamin tenaga bagi onderneming-onderneming baru
                yang memerlukan tenaga yang dapat bekerja untuk beberapa
                tahun dengan kontrak yang panjang (langjarig contract).
                    Beribu-ribu kuli yang didatangkan dari Jawa yang dipe-
                kerjakan untuk membuka hutan yang lebat dan belum didiami
                manusia untuk dijadikan perkebunan. Untuk mengurangi
                perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan pihak onderne-
                ming kepada para pekerjanya seperti diterlantarkan dan hidup

                                                                   115
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141