Page 141 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 141

Mochammad Tauchid

            ini mencatat semua orang-orang yang akan diterima bekerja
            pada salah satu onderneming, dengan mendaftar semua kuli
            sekaligus “cap jempolnya” (dactyloscopisch signalement).
            Semua kuli di Sumatera Timur kemudian harus didaftarkan
            dengan tanda cap jempol oleh Dactyloscopish Bureau. Biro
            ini sebagai badan partikelir dari onderneming yang bekerja
            sama dengan kantor Pendaftaran Pemerintah. Semua kuli yang
            meminta pekerjaan harus diselidiki, apakah orang itu pada
            waktu yang terakhir bekerja pada onderneming atau tidak.
            Kalau betul, bagaimanakah pekerjaannya di situ, apakah ia
            bekerja dengan baik-baik, atau lari dari onderneming. Kuli
            yang lari dari satu onderneming, tidak akan diterima di onder-
            neming-onderneming itu. Dengan begitu, maka jalan untuk
            “melarikan diri” tidak ada. Semua onderneming menutup pin-
            tu, begitu pula untuk melepaskan diri dari daerah dan pulang
            ke Jawa,  penjagaannya rapi dan teratur.
                Ordonansi Kuli dihapuskan dan diganti dengan peraturan
            lainnya yang dapat mencapai maksudnya dengan jalan lain.
            Tiap-tiap penerimaan kuli onderneming harus membayar ke-
            pada Kantor Pendaftaran, begitu juga kuli harus membayar
            tiap-tiap bulan kepada Kantor tersebut. Uang ini tiap tahun
            dibagikan di antara mereka yang mendatangkan kuli dari Jawa.
            Kantor pendaftaran ini hanya bekerja untuk onderneming-
            onderneming di Sumatera Timur, karena dianggap di daerah-
            daerah lainnya belum memerlukan kuli-kuli dengan cap jem-
            pol itu.
                Lambat laun onderneming-onderneming mendapatkan
            dengan mudah kuli-kuli merdeka, yang baik-baik, dan cakap
            bekerja. Pada tahun 1929 masih terdapat 86,5% dari sejumlah
            kuli di Sumatera Timur sebagai kuli kontrak, sedang yang 13,5%

            120
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146