Page 171 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 171
Mochammad Tauchid
dan oleh raja-raja dulu. Pemasukan pajak (bakti dsb.)
dijalankan melalui desa, demikian pendapat van Vollen-
hoven.
Tanah gogolan (komunal) dianggap kepunyaan bersama
para gogol dalam satu desa, yang kemudian menjadi ke-
punyaan desa dan dikerjakan oleh para gogol. Gogol adalah
warga desa yang mendapat bagian tanah dari desa untuk
dikerjakan yang diikuti oleh kewajiban desa, untuk perang-
kat desa. Hak-hak warga desa (gogol) ialah ia dapat bersuara
dan mempunyai hak suara dalam rapat desa, dapat turut
memilih lurah, di samping kewajiban yang harus dijalankan,
yang kemudian tidak seimbang dengan hak yang diterima.
Sebab itu sering terjadi orang-orang gogol melepaskan se-
bagian tanahnya dan diserahkan kepada desa untuk dija-
dikan tanah kas desa, agar hasilnya sekedar mengurangi
beban yang ditimpakan kepadanya berupa macam-macam
pungutan dan penyerahan tenaga.
Karena tanah komunal itu tidak sama baik dan suburnya,
maka untuk adilnya, tanah komunal ada yang dibagikan
berganti-ganti atau bertukaran. Ada yang berganti-ganti
tempatnya, ada pula yang berganti tempat serta perubahan
luas tanahnya. Tanah komunal itu ada macam-macam:
a. tanah komunal dengan andilan tetap (communaal bezit
met vaste aandelen, biasa dinamakan: norowito matok,
pakulen matok, kongsen matok. Di beberapa daerah
kongsen matok dapat dijual (dipindahkan haknya), tetapi
di daerah lainnya tanah pekulen matok tidak boleh
dijual,
b. tanah komunal dengan andilan giliran (communaal
bezit met wiselende aandelen) atau dinamakan kong-
150