Page 93 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 93

Mochammad Tauchid

              (propinsi dll.), memasukkan sungai, sumber-sumber air,
              muara, danau-danau, saluran dan pipa air dalam daerah
              otonomi. Dengan Undang-undang pembentukan dan
              penyerahan kekuasaan kepada daerah otonomi (propinsi)
              Stbl. 1925 No. 378 pasal 12, Stbl. 1928 No. 295 memberikan
              kekuasaan urusan tanah kepada daerah otonomi itu. Tetapi
              pengaturan di atas terus berlaku di seluruh Jawa dan Madu-
              ra. Tanah-tanah di pinggir sungai seperti tersebut dalam
              Stbl. 1926 No. 177 dan pasal 12 ayat 5 dari Undang-undang
              Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Jawa Timur
              (Instellingsordonnantie voor Provincie Oost Java Stbl.
              1928 No. 295).
            15.Persewaan tanah timbunan karena pembuatan jalan dan
              pembuangan air yang dapat dipergunakan sebagai tempat
              mendirikan rumah-rumah dan bangunan, diatur dengan
              Stbl. 1923 no. 572, dan diubah dengan Stbl. 1931 no. 373.
              Peraturan sewa ini hampir menyerupai peraturan opstal
              (Stbl. 1918 no. 649) dengan beberapa peraturan yang ter-
              tentu; a) diberikan kepada orang Indonesia, b) pembayaran
              separo harga untuk opstal.
            16.Oleh Residen Kepala Daerah Surabaya dengan G. B. 14 April
              1906 no. 21 dan 3 Juni 1912 no. 76 dan 27 Februari 1931
              no. 33, boleh diberikan kepada penduduk di sekitar teluk
              Sidayu atas tanah-tanah yang terjadi karena lumpur yang
              biasa dinamakan “tambak waderpari” dan “tanah tlatah
              laut”. Tanah-tanah semacam ini terdapat di desa-desa: Be-
              dantan, Delik, Mengarean, Legawo, Indrawarih, Kisih dan
              Gumeng di Kabupaten Surabaya (dulu Gresik). Atas tanah-
              tanah semacam itu di kali Solo yang terletak di daerah Sura-
              baya, diatur dengan G. B. 4 Desember 1912 no. 12. Perse-

            72
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98