Page 117 - Land Reform Lokal Ala Ngandagan: Inivasi system Tenurial Adat di Sebuah Desa Jawa, 1947-1964
P. 117
Land Reform Lokal A La Ngandagan
mengurangi ketimpangan struktur agraria yang ada (baca:
redistribusi). 33
Untuk pemanfaatan lahan kering ini secara produktif,
Soemotirto pun memperkenalkan beberapa komoditi
baru yang lebih menguntungkan. Setiap rumahtangga ia
perintahkan untuk menanam pohon jeruk di pekarangannya
minimal dua buah. Selain itu, ia juga menggencarkan
penanaman buah pepaya di lahan kering, hingga di pinggir-
pinggir jalanan desa. Selain pertanian, usaha perikanan pun
digalakkan Soemotirto dengan menyuruh warga membuat
kolam-kolam ikan di lahan pekarangannya. Bahkan pada
masanya, peternakan babi juga pernah dikembangkan di
desa ini.
6. Koperasi Lumbung Padi
Inovasi kelembagaan lain yang muncul pada masa Soemotirto
adalah lumbung padi lokal yang pelaksanaannya dijalankan
oleh organisasi koperasi. Koperasi ini menyelenggarakan
usaha simpan pinjam padi kepada warga desa yang
dimaksudkan untuk menghadapi musim paceklik, atau
jika terjadi musibah yang tidak terduga-duga.
33. Di luar mekanisme seperti di atas, tentunya ada warga desa sendiri
yang secara pribadi menginvestasikan tenaga dan modalnya untuk
membuka ladang di lahan kering ini. Biasanya hal ini dilakukan
oleh warga dusun Karang Turi dan Jati Mulyo yang memang lokasi
dusunnya lebih dominan lahan kering. Mereka melakukannya sedikit
demi sedikit, namun dalam jangka panjang berhasil mengakumulasi
tanah di lahan kering ini. Hal ini tercermin dari distribusi penguasaan
lahan kering yang ada saat ini yang umumnya banyak dimiliki
kedua warga dusun ini.
88