Page 192 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 192

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  169


              sudah terstandar. Artinya para pihak tidak bisa menentukan sendiri
              isinya.  Isinya  telah ditentukan dan ditegaskan dalam  Lampiran
              Kepmenpera No.11/KPTS/1994  dan Lampiran  Kepmenpera  No.  9/
              KPTS/M/1995.
                  Sejalan dengan pendapat Maria SW. Sumardjono di atas bahwa
              jika objek jual  belinya sudah nyata-nyata ada seperti bangunannya
              sudah   selesai   dan sudah  bersertifikat serta sudah    layak dihuni,

              maka  jual belinya harus dilakukan  dengan perjanjian yang bersifat
              nyata, tunai/kontan, dan terang.  Menteri Perumahan  Rakyat  telah
                                           43
              mengakomodirnya dalam peraturan  perundang-undangan seperti
              yang telah disebutkan di atas.  Kepmenpera tersebut telah  memuat
              ketentuan  yang mendorong  pengakhiran perjanjian perikatan jual
              beli dan menindaklanjuti  dengan  pembuatan  dan penandatanganan
              Akta Jual Belinya  di  hadapan  dan  oleh PPAT.  Artinya substansi

              Kepmenpera  tersebut  sangat dipengaruhi  pendapatnya  Maria
              SW. Sumardjono. Persoalannya  adalah Kepmenpera  tersebut juga
              membuka kemungkinan bagi pihak pembeli  yang belum menjadi
              pemilik  hak atas  tanah untuk menjualnya kembali  kepada pihak
              ketiga dan pihak ketiga menjualnya  lagi kepada pembeli  yang baru.
              Hal ini bertentangan  dengan  suatu  asas, bahwa  orang  tidak bisa
              menyerahkan  sesuatu  melebihi yang  dimilikinya  (nemo plus juris
              transfere potest quam ipse habet) atau orang tidak dapat memberikan
              sesuatu yang tidak ia miliki (nemo dat quod non habet). 44

                  Ketentuan untuk  segera  melakukan pengakhiran perjanjian
              pengikatan jual  beli  dan menindaklanjuti  dengan  akta jual beli




                  dan Kepmenpera 95 menggunakan istilah Pengikatan Jual Beli (PJB)
                  rumah.

              43  Kompas, 4 September 1993; Maria SW. Sumardjono,  Kebijakan
                  Pertanahan..., Op. Cit., hlm. 140.
              44  Ranuhandoko, I.P.M.  Terminologi Hukum, Inggris-Indonesia, Jakarta:
                  Sinar Grafika, 2006, hlm. 410-411.
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197