Page 196 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 196

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  173


                  Disadari bahwa  semakin  banyak  jumlah  penduduk  semakin
              banyak  diperlukan tanah,  padahal  jumlah  luas  tanah terbatas,
              sehingga  tanah  semakin lama  akan  semakin mempunyai nilai
              ekonomis yang  tinggi.  Ditambahkan  lagi  adanya  sifat  tanah yang
              relatif tetap tidak berubah, artinya tidak mudah rusak dan berkurang
              nilai ekonomisnya.  Atas dasar  itulah sudah sewajarnya  jika  tanah
              akan banyak dicari dan menjadi objek perebutan sepanjang masa,
              tidak  terkecuali  orang  asing.  Oleh  sebab itu, ketentuan PPJB di
              atas akan memicu terjadinya pelanggaran terhadap aturan larangan

              kepemilikan  tanah  hak  milik oleh orang asing.  Orang asing akan
              menjadi pemesan dan pembeli rumah untuk sementara, dan untuk
              selanjutnya dijual kembali. Langkah yang akan ditempuhnya adalah
              dengan cara penyelundupan hukum dengan cara pinjam nama atau
              menikahi WNI.

                  Sementara itu, instrumen untuk mencegah ataupun menangani
              terjadinya  pinjam  nama,  substansi  aturannya  belum  lengkap,
              yaitu terkait dengan pengaturan lembaga yang bertanggungjawab
              dan  ancaman  sanksi  pidana bagi  yang  dipinjam nama. Selain itu
              penegakan hukumnya juga belum  sesuai  dengan  semangat  yang
              dikandung  dalam  aturan larangan kepemilikan  tanah hak milik
              oleh orang asing atau larangan pemindahan tanah hak milik kepada
              orang asing.

                  Berdasarkan uraian di atas, sudah selayaknya jika penggunaan
              PPJB ini perlu dibatasi. Sejalan dengan teori pembentukan peraturan
              perundang-undangan (Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011) baik dari sisi
              kesesuaian antara jenis, hierarki, maupun materi muatan, pembatasan
              terhadap penggunaan PPJB dapat diatur  dalam Peraturan Menteri

              seperti yang dimaksudkan oleh  Pasal  42 ayat  (3)  UU  Perumahan,
              atau dalam  revisi terhadap  KepmenperaNo.  11/KPTS/1994 tentang
              Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun dan Kepmenpera
              No. 9/Kpts/M/ 1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah.
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201