Page 224 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 224

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  201


              pekarangan.  Hak-hak yang berkaitan dengan tanah yang dikenal
                         60
              dengan hak  atas  tanah  yang bersifat  sementara ini  telah  dikenal
              lama dalam hukum adat. Sebenarnya hak-hak itu, muncul bukan
              karena keinginan  pemilik  tanah  untuk mendapakan hasil  tanpa
              mengerjakan tanahnya sendiri, tetapi lebih didasari sifat sosial dan
              kebersamaan atau prinsip kolektivitas. Sifat sosial dan kebersamaan
              hidup bermasyarakat untuk membantu sesama yang tidak memiliki
              tanah. Terkadang ada yang didasari kebutuhan uang yang mendesak,
              kemudian  menggadaikan  tanah  pertanian yang  dimilikinya.

              Pembentuk  UUPA  berharap  pada  saatnya  nanti hak  atas  tanah
              yang  bersifat sementara  ini akan  hilang dengan sendirinya dalam
              kehidupan masyarakat Indonesia.
                  Mungkinkah atas dasar itu, maka di dalam RUU Hak-Hak Atas
              Tanah  dan RUU  Pertanahan,  dipaksa  tidak  diatur  mengenai  hak-

              hak  atas  tanah  yang bersifat  sementara.  Tentunya hal ini  patut
              disayangkan,  sebab hasil  penelitian Unila bekerja  sama  dengan
              BPN Pusat pada tahun 2004 menunjukkan bahwa hak gadai tanah
              tersebut  masih cukup eksis, dan  justru  sangat  membantu  para
              pemilik tanah.
                           61
                  Lembaga gadai justru merupakan lembaga sosial yang dianggap

              lebih  simpel  dan lebih mudah  untuk mengatasi kebutuhan  uang


              60  Penjelasan Pasal 24 UUPA,  bahwa  sebagai  pengecualian dari  asas
                  yang dimuat dalam pasal 10. Bentuk-bentuk hubungan antara pemilik
                  dan penggarap/pemakai itu ialah misalnya: sewa, bagi-hasil atau hak
                  guna bangunan. Ketentuan Pasal  24 ini justru  dimaksudkan  untuk
                  menghapuskan  sama  sekali  cara-cara  pemerasan dalam  bentuk
                  apapun,  terkait  penggunaan  tanah  oleh  orang  lain (Jawaban Mr.
                  Sadjarwo  sebagai  wakil pemerintah  atas pemandangan umum para
                  anggota DPR-GR dalam sidang DPR-GR tanggal 14 september 1960),
                  Boedi Harsono,  Hukum  Agraria  Indonesia:  Himpunan  (1988)...,  Op.
                  Cit., hlm. 59.
              61  Hasil Penelitian Unila kerjsama BPN  Pusat tahun  2004, tentang
                  eksistensi gadai tanah pertanian di Indonesia. Lembaga ini dipandang
                  oleh  sebagian  warga masyarkat  sebagai  lembaga  tolong  menolong.
                  Lihat juga dalam Naskah Akademik RUU Pertanahan pada halaman 34.
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229