Page 155 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 155

Program  pemberdayaan di  lokasi  A  berlangsung gradual
                    dalam arti menjawab persoalan bertahap sesuai kebutuhan,
                    tidak instan dalam arti tidak ditarget usai dalam rentang waktu
                    singkat,  dan berproses  pendampingan berkala mengikuti
                    kemampuan subjek dalam waktu panjang. Hasilnya subjek
                    justru mampu mandiri  dan mengembangkan  potensinya
                    dalam waktu kurang dari yang dibayangkan semula karena
                    kemampuannya meningkat seiring waktu.
                    Program pemberdayaan di lokasi B berlangsung insidental
                    dalam  arti hadir  sesekali  di  lapangan,  mengarusutamakan
                    keberhasilan dengan parameter fisik, fasilitasi infrastruktur
                    mutakhir, dan ditarget dalam waktu  singkat.  Hasilnya,
                    fasilitas yang ditinggalkan mangkrak tidak beroperasi karena
                    subjek  tidak diasah kemampuannya mengoperasikan  serta
                    merawat, instalasinya pun mahal dalam skala kemanfaatan
                    yang  sempit, mungkin juga  saat  program hendak  dimulai
                    masyarakat  tidak dilibatkan  sebagai  pengambil  keputusan
                    (sekadar penerima). Program ini tidak berlanjut dan tidak
                    memandirikan,  namun dinilai  berhasil karena ada fasilitas
                    fisik  yang  bisa didokumentasikan dan diukur  serapan
                    anggarannya.
                    Kedua  peristiwa  tersebut mempunyai kesamaan  dalam
                    kesungguhan pemrakarsa pemberdayaan,  di  lokasi  A
                    tampak dari kesabaran merawat proses dan tidak dihantui
                    keterbatasan,  di  lokasi  B  secara nyata memberikan
                    manfaat  langsung  karena  sumberdayanya  sangat  besar
                    (pemrakarsa  tidak berposisi  sebagai  penghubung lintas
                    sektor),  kesungguhan itu  yang belum  tampak  dalam
                    Petunjuk Teknis terkait Penataan Akses (baik dalam fungsi
                    GTRA maupun  dalam  rezim Direktorat) karena  persoalan
                    lapangan diselesaikan dengan  rapat-rapat,  laporan dengan
                    kelengkapan evidence peristiwa, ketersediaan data terinput
                    sebagai parameter  keberhasilan  keseluruhan program, dan
                    serapan anggaran tanpa harus dibandingkan dengan output
                    nyata dari serapan itu. Pola kerja demikian menambah beban



            140   REFORMA AGRARIA EKOLOGIS:
                  Praktik Penataan Akses Ramah Lingkungan di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160