Page 31 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 31

daripada istilah Sumber Daya Alam/Agraria (SDA) atau Aset dalam
            arti tanah karena kedua istilah tersebut bias kepentingan ekonomi
            semata dan berorientasi komodifikasi ibu pertiwi (memperlakukan
            SDA atau  Aset  sebagai  barang  dagangan),  padahal  relasi  manusia
            dengan tanah; air; dan udara melampaui kepentingan ekonomi dan
            akumulasi laba. Di antara SSA itu, hanya tanah yang dapat dilekati
            hak untuk dimiliki dan dikuasai meski tetap berfungsi sosial. Hingga
            saat ini, obyek Reforma Agraria masih berupa tanah.
                Terkait tujuan Reforma Agraria, Sadyohutomo (2018) menyatakan
            bahwa rasio  gini penguasaan  tanah pada  tingkat  nasional  tahun
            2014 sebesar 0,71 dan rasio gini pendapatan 0,42 untuk tahun yang
            sama,  artinya ketimpangan  penguasaan SSA lebih buruk  daripada
            ketimpangan  ekonomi,  padahal  SSA  merupakan  sumber  ekonomi
            yang pokok.
                Melalui  analisis  terhadap  data Sensus Pertanian BPS  yang
            diterbitkan setiap 10  tahun sejak  tahun 1963 (ST-63)  hingga ST-03,
            Wiradi dan Bachriadi (2011) merekam ketimpangan penguasaan tanah
            yang sudah terjadi sejak tahun ‘60-an, yang ditandai dengan dominasi
            Rumah Tangga Petani (RTP) atau petani gurem berlahan kurang dari
            0,5 ha dengan kecenderungan meningkat seiring waktu, dari 44 %
            (ST-63) menjadi 51 % (ST-03). Data tersebut dimutakhirkan dengan
            analisis terhadap ST-13 dan Survei Antar Sensus Pertanian (SUTAS)
            BPS yang dilakukan antara dua ST, yaitu SUTAS-18, yang menunjukkan
            percepatan dalam peningkatan jumlah petani gurem menjadi 59 %
            dari total RTP (Bachriadi 2020). Cita-cita UUPA (khususnya Pasal 17)
            dan Peraturan Pemerintah Pengganti UU  (Perpu) No 56/Prp/  1961
            (khususnya Pasal  8) dan Peraturan Pemerintah No 224 Tahun 1961
            tentang  Pembagian Tanah dan  Pemberian  Ganti  Rugi bahwa  batas
            minimal pemilikan tanah yang harus diusahakan Negara untuk setiap
            RTP seluas 2 (dua) ha tidak kunjung terlaksana—salah satu faktornya
            ialah pembekuan Reforma Agraria oleh Orde Baru, meskipun ketiga
            payung hukum tersebut hingga saat ini masih berlaku.







            16    REFORMA AGRARIA EKOLOGIS:
                  Praktik Penataan Akses Ramah Lingkungan di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36