Page 122 - Prosiding Agraria
P. 122

Implementasi Perpres Nomor 62 Tahun 2023 tentang Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria   107
                                                   Melalui Kelembagaan Gugus Tugas Reforma Agraria di Kabupaten Sukabumi

                  Beberapa  kebijakan  terkait dengan  Reforma  Agraria  supaya dilaksanakan  secara
             terkoordinasi diantaranya dengan dibentuknya Tim Reforma Agraria melalui Surat Keputusan
             Kepmenko No.  73  tahun  2017  tentang  Tim Reforma  Agraria.  Tim  diketuai  oleh  Menteri

             Koordinator Bidang Perekonomian, dengan anggota Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
             Agraria  Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional,  Kementerian Lingkungan Hidup  dan
             Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian
             Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan UKM,
             serta Kantor Staf Kepresidenan (KSP). Berikutnya, lahir Surat Keputusan Kepmenko No. 73

             tahun 2017 yang mengganti Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
             17/M.PPN/HK/02/2015  Tentang Pembentukan  Tim Koordinasi Strategis Reforma  Agraria
             Nasional. Penataan kelembagaan di tingkat pusat dan daerah ini diperlukan (Lutfi, 2018).

                  Dalam perjalanannya, pembentukan Gugus Tugas Pengendalian Reforma Agraria yang
             ada hanya bersifat koordinasi lintas sektor (K/L) dan tetap bergerak di level atas. Sekali lagi,

             berbagai regulasi tersebut mengatur dijalinnya suatu koordinasi dan pengendalian berbagai
             lembaga, namun belum muncul suatu regulasi yang membentuk lembaga pelaksana yang
             bersifat terpusat tersebut (Lutfi, 2018).

                  Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria diharapkan dapat
             mengintegrasikan kelembagaan baik  secara horisontal  (sektoral)  dan  vertikal.  Di  dalam

             perpres ini dibentuk kelembagaan penyelenggara (pelaksana) bernama Tim Reforma Agraria
             Nasional (di tingkat pusat). Untuk membantu Tim Reforma Agraria Nasional, dibentuk Gugus
             Tugas Reforma Agraria (GTRA) di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota (Lutfi, 2018).

                  Capaian Reforma Agraria per 15 Januari 2024 pada status tanah Areal Penggunaan Lain
             (APL)  yang berada  dibawah kewenangan Kementerian  ATR/BPN  telah melampaui  dari

             target  yang  diharapkan. Untuk legalisasi  aset  tanah-tanah masyarakat melalui  program
             PTSL sudah mencapai 10.194.625 Ha (261,40%), demikian halnya dengan Redistribusi tanah
             yang bersumber dari Eks HGU, tanah terlantar dan tanah negara lainnya sudah mencapai
             1.433.523,84 Ha (358,38%) (Direkorat Jenderal Penataan Agraria, 2024).

                  Berbeda  dengan  capaian Reforma  Agraria  yang berkaitan  dengan kewenangan lintas

             sektor,  yaitu  Kementerian  Lingkungan  Hidup  dan  Kehutanan  serta  Kementerian Desa,
             Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sulit untuk mencapai
             target  yang  ditentukan. Ketimpangan  yang besar menunjukkan bahwa  program  reforma
             agraria belum sesuai harapan. Dalam hal ini menjadi pertanyaan akan efektifitas kelembagaan

             GTRA berdasarkan Perpres No. 86 Tahun 2018.

                  Pelaksanaan reforma agraria melalui GTRA telah mencapai berbagai keberhasilan dan
             berjalan sesuai dengan regulasi berupa perpres No. 86 Tahun 2018 dengan membawa prinsip
             Collaborative Governance (Emerson, dkk. 2012). Kesuksesan lain dalam pelaksanaan GTRA
             yang dapat dirasakan berupa adanya penataan aset dan penataan akses, pendataan TORA dan

             pengembangan akses (Sutaryono dkk, 2019), (Putra dkk, 2021), penyelesaian konflik (Lestari,
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127