Page 96 - Prosiding Agraria
P. 96

Kepastian Pemanfaatan Tanah Terlantar untuk   81
                                                                                   Percepatan Reforma Agraria

                  Fungsi sosial Hak Atas Tanah mewajibkan setiap orang,  badan  hukum,  atau instansi yang
             mempunyai hubungan hukum dengan tanah mempergunakan tanahnya dengan memelihara
             tanah, menambah kesuburannya, dan mencegah terjadi kerusakannya, sehingga lebih berdaya

             guna dan berhasil guna, bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta
             tidak mengganggu ketertiban umum, kepentingan masyarakat, dan kenyamanan masyarakat
             (Saiful et al., 2024).

                  Salah satu implikasi utama dari konsep fungsi sosial adalah bahwa kepentingan masyarakat
             dan kepentingan individu haruslah saling mengimbangi. Ini berarti bahwa pembatasan yang

             diberlakukan terhadap hak atas tanah untuk kepentingan umum haruslah seimbang dengan
             hak-hak individu yang diakui. Hanya dengan cara ini, tujuan pokok seperti kemakmuran,
             keadilan, dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat dapat tercapai dengan optimal.

                  Dengan  mengakui  dan  menghormati  konsep  fungsi  sosial  dalam  kepemilikan  dan
             penggunaan  tanah,  masyarakat  dapat menciptakan kerangka kerja  yang lebih  adil,

             berkelanjutan, dan berdaya guna dalam pengelolaan sumber daya alam. Ini akan membantu
             memastikan bahwa tanah digunakan secara efisien dan berkelanjutan, sehingga memberikan
             manfaat yang maksimal bagi semua pihak yang terlibat, baik pada masa kini maupun masa
             yang akan datang.

                  Konsep fungsi sosial dalam kepemilikan tanah mengandung amanat bahwa tanah harus
             dimanfaatkan untuk kepentingan bersama dan kemajuan masyarakat. Prinsip ini menekankan

             bahwa setiap hak atas tanah membawa tanggung jawab untuk mengelolanya secara produktif
             dan berkelanjutan. Membiarkan  tanah  tersebut  dalam keadaan  tidak  diusahakan berarti
             melanggar amanat dari fungsi sosial. Tanah yang tidak dimanfaatkan secara produktif dapat
             menjadi sumber pemborosan sumber daya alam dan kesempatan ekonomi yang berharga.

                  Lebih  dari  sekadar menjadi  lahan  terbengkalai, “mengabaikan”  tanah  dapat berarti

             mengabaikan potensi  yang  ada untuk pembangunan  dan  kesejahteraan  masyarakat.
             Dalam kerangka hukum yang mengatur kepemilikan tanah, negara memiliki kewenangan
             untuk  menghapus  hak atas  tanah  yang  tidak dimanfaatkan atau ditelantarkan, dengan
             menetapkannya sebagai tanah terlantar.

                  Kewenangan ini bertujuan  untuk mendorong  pemilik  tanah  untuk mengelola  dan

             memanfaatkan  tanah  mereka  secara  efektif,  serta  untuk  mencegah  penimbunan  tanah
             yang tidak produktif yang dapat menghambat pembangunan ekonomi dan sosial. Dengan
             demikian, menghapus hak atas tanah yang tidak dimanfaatkan adalah langkah yang diambil
             untuk  memastikan  bahwa  tanah digunakan sesuai dengan  prinsip  fungsi sosial, sehingga

             dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan negara secara keseluruhan.

                  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan
             dan Tanah Terlantar, tanah terlantar di Indonesia didefinisikan sebagai tanah yang sudah ada
             hak, yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, atau Hak Pengelolaan,
             yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaan
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101