Page 106 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 106

Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
               Sampangan dan Dewi. Penanaman padi berlangsung
               dua kali dalam satu tahun, dan mengalami perubahan
               pada tahun 1984 menjadi dua kali tanam padi dan sekali
               tanam kedelai. Penanaman sawah mempergunakan luku
               yang ditarik oleh dua ekor kerbau mendapatkan
               kedalaman optimal bagi penanaman padi. Pematang
               sawah ditanami kacang tanah dan talas. Juga di tepian
               sawah ditaburi bibit ikan (mina padi) sehingga dapat
               dimanfaatkan sebagai lauk-pauk. Demikianlah gambaran
               Ngandagan tahun 1950-an dan 60-an di bawah
               pemerintahan lurah Soemotirto dengan gagasan-gagasan
               sosialisnya. Penduduk mengistilahkannya, “cibar-cibur
               loh jinawi. Sekali tanam langsung jadi”. Proses
               kemakmuran itu tidak diwujudkan dalam waktu sekejab
               dan tanpa bekerja. Akan tetapi penduduk Ngandagan
               mesti bekerja keras, mengikuti kerigan selama 6 jam per
               minggu dan ikhlas bekerja di tanah orang lain secara
               bergantian.
                   Pada masa kepemimpinan Soemotirto di desa Ngan-
               dagan terdapat koperasi simpan pinjam dalam bentuk
               padi. Koperasi itu untuk menghadapi musim paceklik
               (menunggu masa panen). Kegiatan koperasi itu dicerita-
               kan kembali oleh Ibu Dahlia:


                   “Koperasi lumbung padi itu, hitungannya adalah pocongan.
                   Peminjaman satu pocong pakai tangkai adalah 10 ikat, atau sama
                   dengan 50 kilogram. Pada waktu mengembalikannya adalah 11 ikat
                   sama dengan 60 kilogram, kelebihan 10 kilo untuk kas desa.


                                                              85
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111