Page 221 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 221
Ahmad Nashih Luthfi dkk.
5
lah hak milik perseorangan. Kuat lemahnya desa seba-
gai kesatuan hukum tergantung dari hak milik tanah
menurut adat di situ. Dengan kata lain, kesatuan hukum
adat suatu daerah bisa dilihat dari pengaturannya atas
tanah.
Umumnya penduduk desa Jawa pada masa lalu
digolongkan menurut penguasaan dan pemilikannya atas
tanah. Ada tiga kelompok dasar. Kelompok teratas disebut
warga desa pokok yang memiliki hak atas tanah komunal
(gogolan) sekaligus memiliki tanah pribadi (yasan).
Penyebutannya berbeda-beda sesuai kekhasan daerah,
misalnya kraman, sikep, kuli baku, kuli ajeg, somahan kuwat,
dll. Kelompok kedua adalah wong kendo, yang memiliki
tanah yasan namun tidak memiliki tanah gogolan.
Kelompok ketiga adalah wong mondok (rayat), yakni mereka
yang tidak memiliki rumah, pekarangan, dan sawah.
Mereka menumpang pada orang lain dengan imbalan
dan bentuk komitmen yang bermacam-macam. Di daerah
Banyumas dua kelompok pertama adalah sama,
sedangkan kelompok ketiga terbagi menjadi tiga yakni
pondok tempel, pondok ringkuk, dan rakyat. Meskipun kuli
baku merupakan kelompok teratas, mereka juga memiliki
kewajiban penuh atas pekerjaan-pekerjaan desa. 6
5 Lihat, Moch Tauchid, Masalah Agraria sebagai Masalah Peng-
hidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia. (Yogyakarta: STPN dan
Pewarta, 2009), hlm. 214.
6 Ibid., hlm. 215-216.
200