Page 223 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 223

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            istilah sawah kulian, yakni sawah yang dimiliki oleh me-
            reka para kuli baku. Sebagaimana diuraikan di bab terda-
            hulu, Soemotirto melakukan pembagian tanah kulian
            pada tahun 1947. Ia melakukannya di atas sistem kelem-
            bagaan tradisional yang telah ada, dan bukan membuat
            sistem baru sama sekali. Hal ini berbeda sekali dengan
                                                   8
            uraian Gunawan Wiradi dalam skripsinya.  Pendapat
            demikian diambil mengingat istilah kulian telah dikenal
            di Bagelen atau secara umum di Banyumas, yang mana
            Ngandagan mengikuti aturan semacam itu. Alasan lain
            adalah pembagian sawah kulian kepada buruh kuli se-
            luas 90 ubin ditemukan juga di desa-desa sekitar dan
            bukan khas Ngandagan. Diduga bahwa Soemotirto
            memodifikasi sistem itu dengan melakukan pembagian
            kembali tanah seluas 90 ubin kepada dua rumah tangga,
            sehingga masing-masing mendapat 45 ubin. Selain itu,
            ingatan kolektif penduduk Ngandagan saat ini tidak
            tertoreh kenangan khusus tentang sawah buruhan ter-
            sebut, sekan-akan keberadaannya memang telah dikenal
            sejak dulu. Sebaliknya, menyebut Soemotirto saat ini iden-
            tik dengan kebijakan resettlement dimana dalam kasus ini
            terdapat cerita bahwa prosesnya dilakukan secara otoriter




                8  Dalam skripsinya yang menyoroti pelaksanaan kebijakan
            landreform dan proses pengambilan keputusannya, Gunawan Wiradi
            menunjukkan bahwa kebijakan itu dilalui dengan serangkaian dukungan
            dan penolakan.

            202
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228