Page 438 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 438
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
lingkungan hidup di dalam dan di luar Indonesia, Kedung
Ombo merupakan bagian dari kampanye global ‘Anti-
Bendungan-Besar’. Untuk aktivis agraria, kampanye ini
adalah kesempatan untuk membantu para petani di Jawa
yang digusur dari tanah mereka tanpa kompensasi yang
adil (Rumansara 1998). Dan sebagai pengembangannya,
kaum tani yang digusur ini dipaksa ikut dalam proyek
transmigrasi keluar dari Jawa, para petani ini secara tidak
sengaja membangun hubungan dengan masayarakat adat
disana yang dipaksa juga untuk berpindah dari tanahnya
karena akan diperuntukkan bagi petani gusuran dari jawa.
Kampanye ini mendapat perhatian nasional lebih
besar ketika YLBHI dan NGO anggota INGII lainnya 187
mengirimkan aide memoire, surat kepada kepala Bank
Dunia, untuk memprotes proyek yang melanggar hak asasi
manusia di desa ini. Internasionalisasi kasus ini, seperti
yang Keck dan Sikkink (1998) sebut sebagai ‘efek boomer-
ang’, betul-betul menjadi bumerang dalam beberapa cara.
Moment ini mengurangi toleransi Soeharto terhadap
aktivisme NGO; ia mengatakan bahwa kampanye itu
menghina dan anti-nasional. Hal ini memaksa Menteri
Lingkungan Hidup Emil Salim, yang selama ini menjadi
sekutu dan pelabuhan yang aman bagi NGO lingkungan,
untuk menyatakan bahwa perwakilan NGO Indonesia di
INGI sudah terlalu jauh, mencampuri ‘Politik’ dan tujuan
lingkungan. Salim menyatakan bahwa aspek-aspek politik
187 INGI (Inter-NGO Conference on Inter-Governmental Group In-
donesia (IGGI) Matters) dibentuk tahun 1985 oleh YLBHI dan
NOVIB (de Nederlands Organisatie voor Internationale Bijstand),
keduanya baik aktor transnasional dan lokal memberikan masukan
kepada konferensi pemerintah-pemerintah donor yang memberikan
bantuan untuk Indonesia. WALHI adalah anggota INGI.
Kemudian, IGGI diubah menjadi CGI (Consultative Group on In-
donesia) dan INGI menjadi INFID (International NGO Forum on
Indonesia Development).
424

