Page 448 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 448

GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL

            di Jawa Barat, SPP melobi pemerintah daerah dan DPRD
            untuk membuat komite untuk menyelesaikan konflik
            agraria, terutama di wilayah yang penting yang saat ini
            dialokasikan ke Perusahaan Kehutaan dan Perkebunan
            Negara, yang mencakup 44% dari seluruh Kabupaten
                              191
            Garut (Fauzi 2003).  SPP juga membentuk asosiasi kepala
            desa dan parlemen di distrik-distrik dan memenangkan
            sekitar 10% dari pemilihan kepala desa di wilayah kerja
            mereka pada tahun 2006.
                 Kita harus melangkah mundur sedikit dan memeriksa
            transformasi ekonomi-politik utama  yang telah membuat
            kegiatan-kegiatan institusi baru ini menjadi mungkin:
            pendudukan tanah, kebangkitan kembali bentuk-bentuk
            kriminalisasi organisasi dan “negosiasi’ antar kelompok
            gerakan dengan pejabat pemerintah. Pendek kata,
            “Reformasi”, versi Indonesia dan “people power” versi “
            Filipina”, merepsentasikan perubahan konteks politik.
            Reformasi adalah istilah Indonesia untuk transformasi
            ekonomi politik Indonesia, menyebabkan perubahan
            radikal dalam konteks, program, strategi, posisi dan aliansi
            antara organisasi agraria dan lingkungan. Penerus Suharto
            pada tahun 1998 dengan segera mengeluarkan Keputusan
            Presiden untuk mendesentralisasikan banyak fungsi
            pemerintah pada kabupaten, khususnya fungsi anggaran
            dan pengelolaan sumber daya (Reso Sudarmo 2005).
            Sebuah anomali penting yang mempengaruhi perkiraan
            distribusi ulang tanah negara dan cara-cara kelompok
            akarrumput dan NGO yang harus bergerak kemudian.
            Lembaga pemerintah pusat sektoral, yang terpenting
                                    192
            Departemen Kehutanan,  menahan yurisdiksi atas lahan

            191  Cf.Wargadiputra (2005, 2), yang menyatakan bahwa 50 persen dari
               kabupaten ini adalah hutan negara atau tanah perkebunan.
            92  Dan lembaga-lembaga regional, termasuk Perusahaan Kehutanan
               Negara di Jawa.


            434
   443   444   445   446   447   448   449   450   451   452   453