Page 454 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 454

GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL

            dan WALHI) kadang-kadang menyediakan dana untuk
            KPA dan SPP untuk membiayai okupasi dan protes
            (wawancara penulis 2007). Pada tahun 2001 mereka
            mendirikan sebuah Kelompok Kerja Pembaruan Agraria
            dan Manajemen Sumber Daya Alam. Bagi kalangan aktivis
            agraria dan kelompok keadilan lingkungan, hal ini
            merupakan untuk pertama kalinya mewakili isu dua
            kelompok yang berbeda di forum publik untuk bersama-
            sama menyusun strategi dan mempengaruhi kebijakan
            nasional dan undang-undang, walaupun dalam cara yang
            masih terbatas oleh sifat keadaan dan kekuataan dan
            perbedaan mereka sendiri (Rosser et al. 2005, 67).
                 Kolaborasi aktivis Agraria-lingkungan ini terjadi di
            proses mendorong TAP MPR IX/2001, juga penting untuk
            melihat partisipasi AMAN, organisasi masyarakat adat
            nasional, yang mengklaim dan diklaim sebagai organisasi
            agraria maupun organisasi keadilan lingkungan, ini
            memungkinkan nya untuk fokus pada isu-isu kepemilikan
            di konflik lingkungan, meskipun kata “kepemilikan” tidak
            digunakan secara konsisten. Sebaliknya, malah dimak-
            sudkan pada keduanya adalah “penguasaan tanah” atau
            “kepemilikan sumber daya”, yang belakangan belum tentu
            bermakna hak atas tanah secara resmi. Pada saat yang
            sama, simpati akademisi dan pembuat kebijakan berusaha
            untuk mengintegrasikan agro-ekologi dan sosial struktural,
            dimensi dari dua pendekatan untuk reformasi. Mereka
            memulai reforma agraria sebagai satu strategi untuk
            menghubungkan ketidakadilan struktural agraris dengan
            krisis ekologi, dan menunjukkan bagaimana pemecahan
            pertama bisa membantu memperbaiki yang kedua
            (misalnya Sangkoyo 2000; Kartodihardjo 2002). Dikatakan
            juga bahwa agenda reforma agraria seharusnya tidak hanya
            merestrukturisasi akses dan kontrol tanah  atau mengubah
            tata guna lahan, sistem produksi dan konsumsi untuk
            menjamin hak-hak dasar dan kesejahteraan penduduk


            440
   449   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459