Page 465 - Kembali ke Agraria
P. 465
Sinar Harapan, 19 Juni 2010
“Quo Vadis” Peran Keagrariaan
Perguruan Tinggi?
ALAH satu kekuatan penting yang cukup lama absen perannya
Sdari percaturan keagrariaan ialah dunia perguruan tinggi. Seolah
ingin bangkit dari tidurnya, Dewan Guru Besar Universitas Indone-
sia menggelar simposium nasional bertema “Tanah untuk Keadilan
dan Kesejahteraan Rakyat” (12/5/10) yang mengangkat urgensi
pelaksanaan pembaruan agraria di Indonesia.
Simposium yang dibuka pidato Rektor UI Gumilar Rusliwa
Sumantri telah memberikan angin segar bagi meningkatnya perhatian
kampus atas dunia keagrariaan kita. Selama 30-an tahun terakhir,
perhatian kalangan kampus terbilang minim dan kering.
Forum ini dihadiri tak kurang dari 500 insan akademis dari
sekitar 17 perguruan tinggi se-Indonesia. Seolah ingin ditegaskan,
pentingnya dunia akademik turut mengurai persoalan dasar agraria,
sekaligus merumuskan formula jalan keluar keruwetan agraria secara
ilmiah, objektif, sistematis, ideal, namun realistis.
Pandangan para guru
Dalam ceramah umum di bagian awal simposium ini, Joyo Wino-
to, Kepala Badan Perta-nahan Nasional RI, mengabarkan bahwa
pemerintah sedang melakukan persiapan dan mulai melaksanakan
pembaruan agraria, dalam pengertian penataan sistem politik dan
hukum pertanahan. Selain itu, juga pembaruan agraria dalam makna
446

