Page 469 - Kembali ke Agraria
P. 469

Kompas, 16 Juli 2010








                          Sudahi Politisasi Petani








                 IAK-RIAK tak sedap mencuat dalam Musyawarah Nasional VII
            RHimpunan Kerukunan Tani Indonesia, Bali, 12-15 Juli 2010.
            Alih-alih berhasil merumuskan agenda nyata bagi petani, munas ini
            terjebak pertarungan elit dalam perebutan posisi puncak organisasi.
                Sejauh ini, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dikenal
            sebagai organisasi massa tani yang dibentuk di era Orde Baru dengan
            misi terselubung untuk mengontrol dan mengendalikan gerakan tani.
            Dulu, HKTI jadi organisasi tunggal petani Indonesia. Tak boleh ada
            organisasi lain selain HKTI. Petani diorganisir untuk dikuasai, bukan
            dicerdaskan dan dibebaskan.
                Setelah Soeharto tumbang, kiprah HKTI kian politis. Belakangan
            ormas ini cenderung jadi kendaraan politik dari elit ekonomi-politik
            yang mengatas-namakan petani untuk mencapai tujuannya sendiri.
            Contoh yang benderang, pencalonan Ketua Umum HKTI dalam ja-
            batan politik tertinggi pemerintahan melalui Pemilu 2004 dan 2009.
                Dampak lebih jauh petualangan politik para elit, HKTI kian ter-
            pasung sebagai organisasi “atas nama” petani. Sulit dibantah, HKTI
            bukanlah ormas tani sejati. Mayoritas pegiatnya bukanlah petani
            sebenarnya. Amat jarang pimpinan yang berasal dari petani. Pengu-
            rusnya sebagian besar bukanlah petani. Petani hanya dipinjam nama-
            nya dan diatas-namakan kepentingannya untuk kepentingan lain,
            di luar kepentingan petani.
                HKTI kerap digunakan sebagai kendaraan atau alat kaum elit

                                        450
   464   465   466   467   468   469   470   471   472   473   474