Page 466 - Kembali ke Agraria
P. 466

Kembali ke Agraria

               penataan pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan tanah serta
               penyediaan berbagai akses yang dibutuhkan rakyat (landreform plus
               access reform).
                   Winoto—yang dalam forum ini menyebut diri “Guru Kecil” di
               tengah para Guru Besar—mendorong tujuh agenda strategis, yakni:
               (1) Membangkitkan pemikiran kritis keagrariaan, (2) Mengisi tuntutan
               keagrariaan, (3) Memperluas dan memperkaya pemikiran mengenai
               keadilan dan kesejahteraan, (4) Menggugat paradigma dominan, (5)
               Reposisi intelektual dan akademisi dalam perjuangan, pemikiran,
               penegakan keadilan, dan tuntutan publik akan kesejahteraan, (6)
               Membangun kesadaran baru keagrariaan di dunia kampus melalui
               pendidikan dan penelitian, dan (7) Melakukan gerakan intelektual
               dalam pembenahan sistem keadilan dan kesejahteraan.
                   Selanjutnya, dalam presentasi Prof. Arie Sukanti Hutagalung
               (Guru Besar Hukum Agraria UI), ia mencatat bahwa secara akademik
               timbulnya disharmoni UU agraria seharusnya tak perlu terjadi jika
               UUPA dilaksanakan secara konsisten. Ini dilakukan dalam wujud
               pengaturan sektor-sektor agraria yang mengikutinya kemudian,
               dengan berpegang pada doktrin hukum “lex priori derogat legi a
               priori”.
                   Hutagalung lantas memberikan saran sekaligus usul untuk
               strategi jangka pendek berupa kajian akademik terhadap sinkronisasi
               pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam sektor keagrariaan.
               Ia juga memberikan solusi kepada presiden agar lebih maksimal
               dalam menjalankan amanat Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945.
                   Berbicara tentang kesejahteraan sosial, Prof. Susetiawan (Guru
               Besar Antropologi UGM) menekankan perlunya membangkitkan
               kembali kekuatan komunitas. Membangun institusi sosial yang
               dianggap mendukung kesejahteraan bagi komunitas jadi sangat pen-
               ting artinya untuk pembangunan bangsa. Bukannya menghilangkan
               institusi tradisional yang berbasis komunitas jadi berbasis individu.
                   Susetiawan menambahkan, diperlukan kajian mendalam menge-
               nai institusi macam apa yang sekarang ini masih tersisa dan efektif


                                                                       447
   461   462   463   464   465   466   467   468   469   470   471