Page 471 - Kembali ke Agraria
P. 471
Usep Setiawan
Cermin kesejatian
Lebih lanjut, struktur organisasi dan kepengurusan pun hendak-
nya direformulasi agar lebih mencerminkan kesejatiannya. Masuknya
kader-kader petani dan pemimpin dari kalangan petani sendiri ke
dalam struktur pengurus di berbagai level akan jadi indikator penting
dalam mengukur legitimasi sosial ormas tani.
Jika di masa lampau ormas tani diisi wajah-wajah nirpetani dan
tak punya jalan hidup yang menandakan kesungguhan dalam mem-
perjuangkan hak petani, maka ke depan sosok baru dari kalangan
gerakan petani sendiri yang sepantasnya memimpin ormas tani.
Pengurus dan anggota ormas tani jangan hanya petani berdasi, me-
lainkan mencakup pula dan terutama petani miskin, yang berlahan
sempit atau tunalahan sama sekali.
Inilah sejumlah tantangan mendasar. Sayangnya penulis tak
begitu yakin solusinya terfasilitasi penuh oleh Munas VII HKTI ini.
Apabila ternyata masih jauh panggang dari api, dan orang-orang
dalam HKTI masih merasa nikmat dengan realitas sekarang, maka
amat beralasan bagi kita—terutama kaum tani Indonesia—untuk
berseru: selamat tinggal HKTI!
Tantangan selanjutnya ialah bagaimana melahirkan kelemba-
gaan alternatif petani yang secara sosial, ekonomi dan politik lebih
murni mewakili kepentingan petani. Petani perlu wadah yang sang-
gup menaungi dan memperjuangkan kepentingannya di tingkat lo-
kal, regional hingga nasional, bahkan internasional secara hakiki
minus politisasi.
Dari ribut-ribut perebutan posisi kunci di ormas tani yang sesung-
guhnya tak sejati, inilah saat bertindak menyudahi politisasi petani
demi syahwat elit.
Politik petani ialah politik kebangsaan yang memampukan diri-
nya berdiri di atas kaki sendiri. ***
452

