Page 199 - Tanah Hutan Rakyat
P. 199

186   Aristiono Nugroho, dkk

            gagasan, dan keyakinan memiliki fungsi positif. Oleh karena
            itu, para pendiri  APHR  berupaya  memanfaatkan  segenap
            fungsi positif struktur, adat istiadat, gagasan, dan keyakinan
            lokal. Sikap para pendiri APHR ini relevan dengan pernyataan
            Merton yang pernah mengakui, bahwa ada berbagai alternatif
            struktural dan fungsional yang ada didalam masyarakat yang
            tidak  dapat  dihindari,  sehingga  perlu  dimanfaatkan  fungsi
            positifnya.

                Selama ini  APHR  telah membantu  pengelolaan hutan
            rakyat,  sejak  tanaman  keras  (misal:  albasia)  ditanam  oleh
            masyarakat (rakyat), hingga  tanaman keras itu  dipanen
            oleh masyarakat.  APHR juga  telah melakukan  pencatatan
            (inventarisasi atau sensus) atas tanaman keras dan tanaman
            salak, yang dikelola oleh masyarakat (pemilik hutan rakyat).

            Selain  itu,  APHR juga  telah  menetapkan  aturan  penjualan
            kayu  atau SOP (Standar Operasional  Prosedur)  penjualan
            kayu,  yang  biasa  disebut  dengan istilah  “Tata  Niaga  Kayu”
            (versi APHR).
                Segenap kinerja  APHR memperlihatkan,  bahwa  APHR
            telah menyatu  dengan masyarakat.  APHR membantu

            masyarakat dalam  mengenali dan  memahami dinamika
            kehidupan,  terutama yang  berkaitan  dengan  pengelolaan
            tanah hutan  rakyat  di Desa Kalimendong. Masyarakat
            didorong  untuk mempraktekkan “gaya hidup”,  yang  dapat
            mengarah pada pencapaian  kesejahteraan  dalam  frame
            konservasi.  Komunikasi antara  APHR dengan  masyarakat
            Desa Kalimendong  telah membantu masyarakat,  untuk

            berpikir, membuat keputusan, dan menggunakan informasi
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204