Page 205 - Tanah Hutan Rakyat
P. 205

192   Aristiono Nugroho, dkk
            B.  Sadar Konservasi

                Pada ada tahun 1985, kepala desa masa itu telah berupaya
            membangun tradisi menanam saat ada perayaan hari besar,

            atau ada perayaan khitanan atau pernikahan. Tanaman yang
            diperkenalkan  pada  masa  itu adalah albasia,  yang daunnya
            berguna untuk pakan ternak, dan kayunya untuk mengganti
            kayu  rumah  yang  rusak. Pada  tahun 1985, kepala  desa
            memperkenalkan KBD  (Kebun Bibit Desa)  untuk  tanaman
            keras, yang saat ini berkembang menjadi KBR (Kebun Bibit
            Rakyat). Kepala Desa Kalimendong pada saat itu berkeyakinan,

            bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan tidak selalu
            harus mengorbankan konservasi (termasuk kelestarian fungsi
            hutan).  Dengan demikian kesadaran konservasi masyarakat
            tidaklah dibangun dalam waktu  yang  singkat,  melainkan
            dibangun dalam waktu yang relatif lama. Selain itu, kesadaran
            konservasi  masyarakat  tidaklah  dibangun  dalam  “area”
            tanpa  syarat,  melainkan  dibangun  dalam  persyaratan  yang
            relatif berat,  yaitu kesejahteraan masyarakat. Dengan kata
            lain masyarakat mempersyaratkan, bahwa mereka  akan

            berpartisipasi dalam kegiatan konservasi, hanya jika kegiatan
            konservasi  yang mereka ikuti,  adalah kegiatan konservasi
            yang menyejahterakan.
                Ketika persyaratan ini (kesejahteraan masyarakat) dapat
            dipenuhi, maka terbuka peluang bagi dilakukannya konservasi

            tanah dan  hutan oleh  masyarakat.  Sebagaimana diketahui
            konservasi tanah  merupakan upaya  melakukan pengawetan
            tanah, agar  tanah dapat  terus  menerus  mendukung
            kegiatan  produksi komoditi. Konservasi  seringkali nampak
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210