Page 210 - Tanah Hutan Rakyat
P. 210
Tanah Hutan Rakyat 197
(1994) dikristalisasi dalam istilah “etos yang khas petani”. Fakta
yang khas ini juga memberi penjelasan tentang konsep “safety
first” masyarakat (petani) yang didengung-dengungkan James
C. Scott, yang salah satu elemen pentingnya adalah keuangan.
Elemen inilah yang merelasikan masyarakat dengan LMDH
Rimba Mulya, yang muaranya berupa kesediaan masyarakat
untuk menyetujui sumber keuangan LMDH Rimba Mulya,
yaitu: Pertama, dana sharing (bagi hasil) tanaman salak.
Kedua, dana sharing penebangan pohon albasia. Ketiga,
dana sharing penyadapan getah pinus. Keempat, berbagai
bantuan dari instansi terkait.
Kinerja LMDH Rimba Mulya telah berhasil mencegah
perusakan hutan negara oleh masyarakat di Desa Kalimendong,
di mana kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di beberapa
wilayah hutan negara di beberapa desa di Kabupaten Wonosobo
antara tahun 1998 - 1999. Perusakan hutan negara umumnya
dilakukan dalam bentuk berbagai aktivitas penjarahan dan
penebangan liar, yang dipicu oleh adanya kebutuhan kayu
oleh pihak industri, dan adanya desakan ekonomi masyarakat
desa sekitar hutan. Sebagaimana diketahui kerusakan hutan
dapat berakibat hilangnya mata air dan berkurangnya debet
air tanah. Akibatnya, saat musim kemarau masyarakat desa
yang hutannya rusak akan kekurangan air, sehingga mereka
juga akan kesulitan mengairi sawahnya. Sebaliknya, jika
musim penghujan, akan terjadi banjir dan tanah longsor.
Dalam perspektif konservasi, pernyataan James C.
Scott tentang “safety first” yang dipegang teguh oleh petani
(masyarakat), tidaklah semata-mata hanya bernuansa