Page 23 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 23

14     Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan
                    yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
             ulayat  Rajo, walaupun wilayah  Sijunjung  bersebelahan dengan
             Kabupaten Dharmasraya yang terdapat tanah Ulayat Rajo.

                 Hampir sama dengan wilayah Sumatera Barat lainnya, umumnya
             masyarakat menyatakan (mengklaim)  bahwa  di  semua  wilayah
             sampai saat ini masih terdapat tanah ulayat nagari dan tanah ulayat
             suku.  Tanah  ulayat  nagari meliputi hutan  atau  suatu  areal  hutan
             yang belum  diolah,  tetapi masyarakat nagari  selalu mengambil
             hasil  dari  hutan  tersebut,  tanah  yang  pernah diolah  kemudian
             ditinggalkan, tanah yang selalu diolah atau dihuni oleh masyarakat
             hukum  adat  yang bersangkutan baik  dalam bentuk  tanah irigasi
             dan  tanah non  irigasi  seperti  sawah,  ladang,  permukiman,  dan
             sarana umum, padang padang  ladang,  gunung,  semak  belukar,
             padang rumput, lurah sungai, danau, tabek, pantai dan sebagainya.
             Tanah ulayat nagari adalah tanah ulayat beserta sumber daya alam
             yang  ada  di atas  dan  di dalamnya  merupakan  hak  penguasaan
             oleh ninik mamak kerapatan adat nagari (KAN) dan dimanfaatkan
             sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat nagari, sedangkan
             pemerintahan nagari bertindak  sebagai  pihak  yang  mengatur
             untuk pemanfaatannya (Pasal 1 angka 8 Peraturan Daerah Provinsi
             Sumatera Barat No.  16  Tahun 2008  tentang  Tanah Ulayat  dan
             Pemanfaatannya).
                 Secara konsep  tanah  ulayat nagari merupakan  pemilikan
             komunal (basamo) oleh semua anggota masyarakat nagari, bukan
             merupakan kepemilikan  privat bersama.  Namun  sesuai  dengan
             perkembangan dan waktu,  berubah  menjadi  dua  pola  yaitu:
             pertama, dengan berlakunya Domein Verklaring berdasarkan S.1875
             No. 199a, sehingga sebagian tanah ulayat nagari tersebut menjadi
             tanah negara. Terhadap tanah negara tersebut selanjutnya menjadi
             Erpacht, Eigendom, Opstal, dll, serta ada pula yang diperjualbelikan
             sehingga menjadi  tanah milik  pribadi.  Kedua, secara sistemik
             bagian-bagian tertentu tanah  ulayat telah  dibagi-bagi  kepada
             setiap  suku  (4  suku  besar)  yang ada di  kanagarian atau  sejak
             semula sudah merupakan ulayat suku masing-masing. Di samping
             itu, tanah ulayat nagari dapat diberikan langsung kepada anggota
             masyarakat dengan adat diisi limbago dituang baik perorangan atau
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28