Page 112 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 112

Kampanye Mempromosikan Land Reform Setelah Jatuhnya Suharto  93

               PSDA) , yang didirikan sebelumnya untuk mengkoordinasikan
                     75
               aktivis lingkungan dan akademisi untuk mempromosikan
               prinsip-prinsip baru pengelolaan sumber daya alam,
               membentuk sebuah kelompok kerja gabungan bersama KPA
               dan KSPA, yakni yang disebut Kelompok Kerja untuk
               Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
               (Pokja PA-PSDA). Pokja gabungan ini menolak pemisahan
               keduanya.
                    Selama proses penyusunan dua ketetapan MPR RI
               tersebut, panitia ad hock MPR RI memprakarsai beberapa
               seminar dan lokakarya, dan menyambut beberapa
               demonstrasi, delegasi, dan petisi dari berbagai kelompok
               masyarakat sipil.  Perkembangan selanjutnya, Panitia Ad
                               76
               hoc MPR RI pun memutuskan untuk menggabungkan
               kedua draft itu menjadi satu draft ketetapan MPR RI tentang
               Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
               setelah mereka melakukan konsultasi intensif, termasuk
               dengan kelompok kerja PAPSDA itu. 77



                75  LSM lingkungan di bawah koordinasi Pokja PSDA antara lain
               WALHI, AMAN, Yayasan Kehati, WWF Indonesia, ICEL, HuMA,
               JATAM, Jaring Pela, RACA Institute, Yayasan Lembaga Ekolabel
               Indonesia, dll. Sebagian besar LSM lingkungan telah didorong
               oleh keterlibatan mereka dengan perjuangan lingkungan
               setempat, kebijakan lingkungan nasional, dan jaringan gerakan
               lingkungan internasional.
                76  Mereka antara lain Konsorsium Pembaruan Agraria,
               Kelompok Studi Pembaruan Agraria, Serikat Petani Pasundan,
               Federasi Serikat Petani Indonesia, Aliansi Masyarakat Adat
               Nusantara.
                77  Kelompok kerja gabungan ini membentuk fase baru dalam
               trajektori hubungan antara gerakan agraria dan gerakan
               lingkungan di Indonesia (Peluso et al 2008). Salah satu isu kunci
               yang diperdebatkan antara dua kubu itu adalah UUPA.
               Sebagian besar pemimpin aktivis agraria dan ahli, termasuk
               Sediono Tjondronegoro SMP, profesor sosiologi pembangunan
               pedesaan dari Institut Pertanian Bogor, bersikeras bahwa UUPA,
               setidaknya artikel # 1 sampai 14, sangat relevan untuk
               dipertahankan, dan harus diposisikan sebagai dasar Prinsip
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117