Page 125 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 125

106   Land Reform Dari Masa Ke Masa

            Namun, Kementerian Kehutanan sebagai pihak yang
            berwenang menguasai kawasan itu menolak.             87
            Kehutanan tetap mempertahankan diri sebagai ‘tuan
            tanah negara’ terbesar, melalui penguasaan sekitar 70
            wilayah Republik Indonesia atas “Kawasan Hutan.    88
                 Di dalam Kementerian Kehutanan masalah hak-hak
            rakyat atas tanah di wilayah yang ditetapkan oleh Menteri
            Kehutanan sebagai bagian dari “Kawasan Hutan” menjadi
            masalah yang kronis sebagai akibat dari terus
            dipergunakannya semacam prinsip “domein verklaring”
            yang diperluas, dimana ditetapkan bahwa di dalam wilayah
            yang ditetapkan sebagai “kawasan hutan” hanya ada satu
            kepemilikan tunggal, yakni milik Negara. Hal ini didasarkan
            pada UU Kehutanan No. 5/1967, yang dilanjutkan dengan
            UU Kehutanan No. 41/1999. Konsep politik hukum
            “Kawasan Hutan”, dimana hutan ditentukan bukan
            berdasarkan fungsi ekologisnya, melainkan berdasarkan
            penetapan suatu wilayah sebagai “kawasan hutan” oleh
            Menteri Kehutanan. Masalah ini berlanjut menjadi konflik



            sekitar 100 halaman, di dalamnya terkandung versi cetak dari data
            dan peta-peta termaksud (wawancara di bulan November 2007).
              87  Dalam suatu diskusi di Pusat Kajian Agraria - IPB, pada tanggal
            19 Mei 2008, pejabat Badan Planologi Departemen Kehutanan
            mempersoalkan cara bagaimana BPN menghasilkan dan
            menggunakan data itu. Keterangan yang diberikan oleh seorang
            pejabat tinggi BPN pun, dalam wawancara dengan penulis pada
            19 Juni 2009 mengkonfirmasi bahwa belum ada perubahan
            yang berarti dalam hubungan komunikasi dan kordinasi dengan
            Departemen Kehutanan mengenai agenda tersebut.
              88  Kita mengetahui dari studi Arnoldo Contreras-Hermosilla dan
            Chip Fay (2005), bahwa tidak semua klaim itu telah absah secara
            hukum administrasi. Menurut studi itu klaim Departmen
            Kehutanan dalam menguasai kawasan hutan seluruh Indonesia
            seluas 120,353,104 hektar didasarkan pada penunjukan oleh Menteri
            Kehutanan, dan hingga awal tahun 2005 hanya 12 juta hektar
            atau 10 persen saja yang telah dikukuhkan dengan memiliki Berita
            Acara Tata Batas (Contreras-Hermosilla dan Cip Fay 2005:11.
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130