Page 42 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 42

Kebijakan Awal untuk Mengatasi Ketidakadilan Agraria  23

                  konversi, yang di tahun 1940 mencakup 42.544 hektar 18
                  dihapuskan. Kemudian, hak milik tanah yang
                  bersangkutan diserahkan pada petani lokal yang hidup
                  di tanah tersebut.


               C. Likuidasi “tanah-tanah partikelir”
                  Pada tahun-tahun awal setelah kemerdekaan Indo-
                  nesia, pemerintah Indonesia mengambil alih semua
                  “tanah-tanah partikelir” sampai seluas 1.150.000
                  hektar  , yang sebelumnya dijual oleh pemerintah
                        19
                  kolonial Belanda kepada individu-individu pribadi
                  dari Inggris, Belanda, Arab, dan Cina pada masa
                  tekanan finansial yang besar sebelum abad
                  kesembilan belas (Soemardjan 1962:24). “Tanah-
                  tanah partikelir” ini berbeda dengan tanah yang
                  dimiliki secara pribadi lainnya, bukan hanya karena
                  ukurannya yang sangat luas, namun juga karena
                  hak-hak istimewanya, landheerlijke rechten (hak-
                  hak tuan tanah), yang memberikan para tuan tanah
                  tersebut hak untuk memerintah orang-orang yang
                  hidup di dalam wilayah yang dikuasainya. “Tanah-
                  tanah partikelir” adalah suatu bentuk hak atas tanah
                  yang disertai oleh kewenangan untuk membentuk
                  sistem pemerintahan tersendiri di dalam wilayah
                  tanah yang sangat luas itu, karenanya ia dijuluki
                  dengan  “negara dalam negara”. Selama abad
                  kesembilan belas, sebagaimana dijelaskan oleh
                  Gautama dan Harsono (1972:5-6) dan Gouwgioksiong
                  (1960:19-24), pemerintah kolonial telah mencoba
                  untuk mengatur “tanah-tanah partikelir” ini, seperti


                18   Jumlah ini bersumber dari Indisch Verslag 1941, II, hal. 270-
               273 sebagaimana dikutip oleh Shutter (1959: 1267).
                19   Sebagaimana dikutip oleh Soemardjan (1962: 24); jumlah
               ini mencakup “tanah-tanah partikelir” di Jawa dan Sulawesi.
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47