Page 44 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 44
- V -
Bagaimana Perkebunan Kolonial
Tidak Menjadi Target Program
Land Reform 1960-1965?
erkebunan-perkebunan kolonial, sebuah bentuk
Pkhusus dari sistem agraria kapitalis, berhasil lolos
dari likuidasi oleh gelombang revolusi, 1945-1965. Tidak
dimasukkannya perkebunan sebagai target program
land reform 1960-1965 telah menyebabkan sistem
agraria perkebunan kolonial tetap berlanjut hidup di
zaman paska-kolonial.
UUPA 1960 menetapkan keberlanjutan hidup
perkebunan-perkebunan kolonial dengan mengkoversi
hak-hak erpacht menjadi “hak guna usaha.” 20 Dua
kekuatan yang membuat perkebunan-perkebunan
kolonial berada di luar program land reform adalah:
21
(a) “Konferensi Meja Bundar” sebuah negosiasi politik
antara Belanda dan pemerintah Republik Indonesia di
Den Hag, Belanda. Dalam perundingan tersebut Belanda
menetapkan syarat-syarat mengenai pengembalian
20 Makna dari erfpacht adalah hak erfpacht yang dipunyai
perusahaan-perusahaan perkebunan selama 75 tahun. sebangun
dengan yang sekarang dikenal dengan Hak Guna Usaha.
21 Area total tanah perkebunan di tahun 1940 mencapai sekitar
395.180 hektar di Jawa dan 150.517 hektar di pulau-pulau luar.
Jumlah ini berdasar pada Indisch Verslag 1941, II, hal. 270-273
sebagaimana dikutip oleh Shutter (1959:1267).
25