Page 47 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 47

28    Land Reform Dari Masa Ke Masa

               akan dijalankan untuk keperluan umum menurut acara
               yang ditetapkan dengan peraturan undang-undang dan
               jika tidak dapat persetujuan antara pihak-pihak yang
               berkepentingan dengan pengganti kerugian yang
               diterimakan atau dijamin lebih dahulu dan yang
               ditetapkan hakim menurut harga sebenarnya benda atau
               hak yang diambil itu, segala-galanya itu menurut aturan-
               aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Syarat
               bahwa pengganti kerugian itu harus diterimakan atau
               dijamin lebih dahulu tidak berlaku jika benda atau hak
               itu perlu diambil dengan sesegeranya karena keadaan
               perang, bahaya perang, pemberontakan, kebakaran,
               banjir, gempa bumi, gunung meletus atau lain-lain
               kejadian yang mendesak. (Tauchid1952b:255-256; ).


                 Sebagai konsekuensi dari Konferensi Meja Bundar sejak
            17 Desember 1949, Republik Indonesia Serikat mengadopsi
            konsepsi kolonial mengenai “pendudukan tanah ilegal” yang
            sebelumnya ditetapkan oleh Belanda dalam Staatsblad No.
            111/1948.  Komitmen untuk mengembalikan aset-aset
                     24
            Belanda menyebabkan kesulitan bagi Republik Indonesia
            Serikat untuk mengikuti aspirasi-aspirasi dan tuntutan-
            tuntuan revolusioner untuk menghapus perkebunan-
            perkebunan kolonial, termasuk yang dilancarkan oleh
            sebagian kekuatan-kekuatan revolusioner termasuk Barisan
            Tani Indonesia (BTI) dan Serikat Buruh Perkebunan Indo-
            nesia (Sarbupri) yang kemudian menjadi dua organisasi
            massa pedesaan terbesar di bawah Partai Komunis Indone-
            sia (PKI). 25


              24   Untuk kebijakan-kebijakan mengenai “pendudukan ilegal,”
            lihat Gouwgioksiong 1960:25-29; Tauchid1952:10-39; Gautama
            dan Harsono (1972:12-15). Teks lengkap dari peraturan tersebut ada di
            dalam Gouwgioksiong (1960:101-106).
              25  Untuk penjelasan lengkap mengenai peranan ini, lihat
            Aprianto (2005).
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52