Page 52 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 52

- VI -
                  Bagaimana Hutan Dipisahkan

               Dari Tanah Pertanian, Dan Tanah
               Kehutanan Tidak Menjadi Target

                        Program Land Reform
                                1960-1965 ?



                   ersama dengan tanah perkebunan, tanah-tanah
               Bkehutanan di Jawa juga dikecualikan dari program
               land reform (1960 – 1965). Pengelolaan hutan di Jawa telah
               diatur oleh perundang-undangan khusus sejak jaman
               kolonial, di pertengahan abad kesembilan belas sampai awal
               abad kedua puluh. Tonggak bersejarah pada awalnya
               dimulai lima tahun sebelum UU Agraria 1870 disahkan,
               yaitu ketika pemerintahan kolonial mengumumkan UU
               Kehutanan tahun 1865. UU Kehutanan 1865 ini
               memperdalam praktek yang dijalankan pemerintahan
               kolonial selama lebih dari setengah abad sejak Gubernur
               Jenderal Daendels mengorganisasi penggunaan hutan jati
               pada tahun 1808  melalui dinas kehutanan pemerintah
                               32

                32   Louis Napoleon yang memerintah Belanda dari tahun 1808
               sampai 1811 menunjuk Marsekal Daendels sebagai gubernur jenderal
               untuk Hindia Belanda. Peluso menulis, “beberapa elemen-elemen
               utama dari sistem Daendels tetap penting setidaknya secara filosofis
               sampai dua abad berikutnya: Semua hutan ditetapkan sebagai lahan
               milik negara (landsdomein), untuk dikelola demi keuntungan negara;
               Pengelolaan hutan diserahkan pada Dinas Kehutanan yang didirikan
               secara langsung untuk tujuan tersebut; Hutan dibagi   ke  dalam
               parsel (perceel) untuk ditebang dan ditanami kembali dengan suatu
               basis rotasi; Akses penduduk desa pada pohon jati dilarang, dan
               hanya pengambilan kayu mati dan hasil-hasil hutan non-kayu
               yang diperbolehkan” (Peluso 1992:68).


                                         33
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57