Page 48 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 48

Bagaimana Perkebunan Kolonial Tidak Menjadi Target Program Land Reform 1960-1965?  29

                    Republik Indonesia Serikat pada kenyataannya
               tidak bisa berfungsi karena sebagian besar dari para
               pemimpin politik dari negara-negara bagian menolak
               bentuk negara federal. Di tahun 1950 para pemimpin
               mulai meluncurkan manuver-manuver politik untuk
               menanggalkan federalisme. Perlawanan terbesar
               terhadap kecenderungan unitaris dari para pemimpin
               politik ini berasal dari Sumatera Timur dan negara-
               negara bagian Indonesia Timur. Sebagaimana dijelaskan
               oleh Ricklefs (2001:285), pertarungan politik mengenai
               permasalahan tersebut berakhir pada peringatan
               proklamasi kemerdekaan yang kelima, pada Agustus
               1950. Republik Indonesia Serikat, dan negara-negara
               dari Sumatera Timur dan Indonesia Timur digantikan
               oleh sebuah Republik Indonesia baru dengan sebuah
               konstitusi baru, yakni Undang-undang Dasar Sementara
               1950. Republik Indonesia ditegakkan kembali, dan
               sebuah sistem demokrasi parlementer liberal/multi partai
               didirikan. 26
                    Organisasi-organisasi pergerakan pedesaan yang
               besar seperti BTI dan Sarpubri berjuang di berbagai
               wilayah perkebunan di Jawa mendorong pemerintah
               pusat untuk mengurus masalah pendudukan tanah. Di
               tahun 1954 pemerintah Indonesia mengambil langkah
               yang lebih jauh yang dimulai dengan Undang-undang
               Darurat No. 8/1954 mengenai penyelesaian dari
               pendudukan tanah-tanah perkebunan oleh rakyat.       27
               Secara resmi undang-undang darurat tersebut bertujuan


                26  Kesepakatan Meja Bundar secara resmi dan sepihak dibatalkan
               dengan UU No. 13/1956.
                27  Sebagian besar perjuangan di beberapa wilayah perkebunan di
               Sumatra Timur juga mendorong pemerintah untuk menyelesaikan
               persoalan pendudukan tanah. Lihat Pelzer (1978) untuk pergeseran
               hubungan antara perkebunan kolonial dan petani di Sumatera
               Timur. Untuk kasus Jawa Timur lihat Aprianto (2005).
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53