Page 60 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 60

Problematika Pemberian Hak atas Tanah Bekas HGU ...     43

            tanah jika pihak ketiga (dalam hal ini Pemda Simalungun) bersedia
            membangun sesuai dengan RTRK yang ada. Kakanwil melaporkan
            hasil  konstatasi  ini  untuk  dimohonkan  perpanjangan  HGU  PT.
            Lonsum  tersebut  kepada  Menteri  Negara  Agraria/Kepala  BPN  RI,
            pada tanggal 29 April 1997.
                 Pada tanggal 10 Juli 1997 Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
            RI  memutuskan  memperpanjang  masa  HGU  PT.  Lonsum  seluas
            4.052,16  ha  dengan  kewajiban  (sebagaimana  dalam  bagian  Memu-
            tuskan,  klausul  f,  SK.  Menteri  Negara  Agraria/Kepala  BPN  No.
            64/HGU/BPN/97),  dan “pemegang HGU diwajibkan  melepaskan
            sebagian areal tanah perkebunan tersebut (seluas + 200 ha) dan atau
            diberi prioritas untuk menyesuaikan penggunaan tanahnya, sesuai
            ketentuan  peraturan  perundangan  yang  berlaku”  (dengan  pene-
            kanan  ditambahkan  penulis).  Setelah  perpanjangan  hak,  HGU  ini
            dapat diperbaharui dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.
                 Laporan  Konstatasi  Kanwil  BPN  Sumatera  Utara  dan  Surat
            Keputusan  perpanjangan  hak  dari  Menteri  Negara  Agraria/Kepala
            BPN  RI  ini  menarik  untuk  dianalisa.  Perpanjangan  hak  diberikan
            utuh  seluas  4.052,16  ha  tersebut.  Namun,  pemegang  hak  ini
            diwajibkan melepas + 200 ha jika ada kepentingan lain (lihat model
            1).  Di  sini  muncul  pemahaman  bahwa  tanah  seluas  4.052,16  ha
            (lengkap) ini prioritasnya jatuh ke pihak pemegang HGU lama. Jika
            ada  kepentingan  lain  yang  prioritas,  maka  menjadi  urusan
            pemegang  hak  (perusahaan)  dengan  pihak  lain  tersebut.  Jadi,
            keputusan  BPN  atas  tanah  ini  bukan  terlebih  dahulu  menyatakan
            bahwa  tanah  yang  telah  habis  masa  HGU-nya  itu  adalah  tanah
            negara,  lalu  dengan  otoritas  HMN-nya  ini  BPN  memberikan  hak-
            nya (kembali) kepada perusahaan (HGU), dan memberikan hak-nya
            yang  lain  (baru)  kepada    pemerintah  daerah  (Hak  Pakai)  (lihat
            model  2).  Berbeda  dengan  model  1  yang  dipilih  oleh  BPN  ,  pada
            model  2  ini  sebetulnya  justru  akan  tampak  hadirnya  kewenangan
            BPN  sebagai  pemilik  otoritas  pertanahan  (HMN)  yang  bisa
            berhadapan langsung dengan pihak-pihak/subyek hak atas tanah.
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65