Page 65 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 65

48    AN Luthfi, Dwi Wulan TA, Dian Aries M.

               b.  Tata  Ruang  menjadi  unsur  yang  menentukan  peruntukan
                  tanah dan pelepasan hak atas tanah.
               c.  Mekanisme  perpanjangan  masa  HGU  oleh  BPN  mengikuti
                  prinsip  hak  prioritas  yang  ada  pada  pemegang  hak  semula,
                  meskipun terdapat prioritas peruntukan dan hak bagi pihak
                  lain. Pelepasan hak berlangsung antara pihak pemegang hak
                  lama dengan calon pemegang hak baru.
               d.  Dalam posisi seperti itu, BPN melepaskan diri dari otoritasnya
                  sebagai  pemegang  Hak  Menguasai  Negara  (Politik  Perta-
                  nahan), dan  hanya  memfungsikan dirinya  sebagai pelaksana
                  pengukuran dan pendaftaran (Administrasi Pertanahan). BPN
                  sebagai  perumus  dan  pelaksana  politik  agraria  absen  dalam
                  kebijakan tanah pasca-HGU semacam ini.
               e.  Kebijakan prioritas yang diambil oleh BPN RI mengikuti arah
                  kebijakan  pemerintah  daerah  yang  merencanakan  tanah
                  bekas perkebunan tersebut sebagai kawasan perluasan kota.
                 Ketiga contoh kasus menunjukkan bahwa saat ini BPN hanya
            (memilih) posisi dengan menempatkan diri sebagai pelaksana admi-
            nistrasi  pertanahan.  Dengan  posisi  saat  ini  sebagai  kementerian,
            maka tidak tepat jika Kementerian ATR/BPN hanya berlaku demi-
            kian. Sebagai pemegang Hak Menguasai Negara dan pelaksana dari
            kebijakan pengaturan  tanah (kuasa) negara, termasuk tanah untuk
            diberikan  haknya  sebagai  hak  Hak  Guna  Usaha  dan  Hak  Pakai,
            maka  Kementerian  ATR/BPN  harus  berani  dan  berdaulat  dalam
            mengelola  tanah-tanah  bekas  HGU  tersebut,  sebagai  wujud  dari
            perumus dan pelaksana politik agraria Indonesia.
                 Salah satu unsur penting yang berperan dari pengalaman tiga
            kasus di atas adalah keberadaan Perencanaan Tata Ruang. Ini men-
            jadi  wujud  dari  keberadaan  pelaksanaan  politik  agraria,  yang
            mengatur  kemana  arah  bidang  dan  ruang  wilayah  Indonesia  akan
            diperuntukkan dan bagi siapa tanah tersebut diberikan haknya. Di
            sinilah  tepat  bahwa  lembaga  pertanahan  saat  ini  telah  menjadi
            Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN RI, yang bukan hanya
            mengadministrasi bidang tanah, namnun mengatur ruang dan ben-
            tang alam Indonesia. Dari pengalaman tiga kasus di atas, kita bisa
            belajar  bahwa  perumusan  tata  ruang  itu  dibangun  dari  bawah
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70