Page 64 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 64

Problematika Pemberian Hak atas Tanah Bekas HGU ...     47

               a.  Bahwa  kebijakan prioritisasi atas tanah bekas HGU PTPN III
                  dapat diberikan kepada masyarakat penggarap karena sudah
                  ada penggarapan secara fisik dalam jangka waktu yang cukup
                  lama (mulai tahun 1942) sehingga telah melahirkan hak milik
                  atas  tanah  menurut  UUPA  1960.  Pemerintah  juga  memberi
                  dukungan  nyata.  Dibentuk  suatu  pemerintahan  desa/kelu-
                  rahan serta  pemerintah membangun  berbagai  fasilitas sosial
                  pada areal tersebut. Beberapa permukiman baru telah terben-
                  tuk  karena  adanya  ijin  dari  pemerintah  memberikan  hak
                  kepada para okupan atas tanah bekas perkebunan Simbolon.
                  Fakta  ini  menunjukkan  bahwa  penetapan  hukum  yang  dila-
                  kukan  pemerintah  tersebut  menyesuaikan  keadaannya
                  dengan kenyataan penggunaan tanah baru untuk memenuhi
                  kebutuhan  masyarakat.  Dapat  dikatakan  menguatnya  hak
                  atas tanah bagi masyarakat penggarap.
               b.  Penghapusan  Perkebunan  Nusantara  (PTPN)  III  (Persero)
                  wilayah Kebun Bangun menggunakan Ketentuan UU Nomor
                  86 Tahun 1958 jo. PP 19 Tahun 1959. Aturan ini menegaskan
                  bahwa  bekas  hak  konsesi  adalah  hapus  demi  hukum.  Maka
                  tidak  ada  kesulitan  untuk  memprioritaskan  bekas  hak  ini
                  kepada pihak lain.
                  Rencana  Umum  Tata  Ruang Wilayah/Kota  (RUTRW)  Peme-
                  rintah  Daerah  Tingkat  II  Kotamadya  Pematangsiantar  dan
                  Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun tahun
                  1987 sangat menentukan nasib bekas tanah seluas 700 hektar
                  (di  Pematang  Siantar)  dan  seluas  895,8  (di  Simalungun).
                  Dengan penetuan RUTRW ini maka Pendaftaran dan pener-
                  bitan Sertipikat HGU No.1/Talun Kondot yang dilakukan pada
                  Kantor  Pertanahan  Kabupaten  Simalungun  mengandung ca-
                  cat administrasi.
            3.  Dalam  kasus  eks-HGU  Pt.  Lonsum  seluas  200  ha,  dapat  kami
               simpulkan sebagai berikut:
               a.  Kebijakan  prioritisasi  tanah  berlangsung  melalui  kebijakan
                  pemerintah  daerah  yang  menetapkan  luasan  tanah  bekas
                  HGU  tersebut  mengikuti  keputusan  tentang  Rencanan  Tata
                  Ruang.
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69