Page 43 - Ayah - Andrea Hirata
        P. 43
     Bunga Ilalang
          DI  kampung  lain,  Belantik, Sabari juga gelisah menunggu
          hasil ujian itu, bukan hanya karena dia ragu bisa diterima di
          SMA  negeri, melainkan lebih karena perempuan misterius
          yang telah memberinya pensil dan membuat badannya panas
          dingin. Layaknya orang yang kena sambar cinta pertama, dia
          serbasalah, susah tidur. Miring ke kiri salah, ke kanan salah.
          Telentang, dia malu, karena cicak-cicak mengejeknya.
              Sekarang dia memaklumi perasaan Ukun kepada Ha-
          nifa, Sita, Mawar, Anisa, Laila, Nurmala, Aini, Indra, Deli,
          Lili, Mumun, Nizam, Latifah, Salamah, Fatimah, Hasanah,
          Sasha, Zasa, Zaza, dan Shasya, serta perasaan Tamat kepada
          Amoi, Zarina, A Yun, Minar, A Mung, Nuri, Rifa, Umi kam-
          pung seberang, dan Umi anak Pak RT, block, copy, paste.
              Bertemu dengan Ukun dan Tamat, meski mereka tak
          tahu rahasia hatinya, Sabari merasa malu dan tak tahu ba-
          gaimana cara memulangkan kata-katanya sendiri soal perem-
     	
