Page 105 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 105
TINA DAN KARTINI “MAMAMU
(KU) PENJAHAT”
▪ Staniyaturrohmah
―Mama nanti lembur lagi.‖
Kartini melambatkan kunyahannya, merasa menyesal
telah menjejalkan makanan ke mulutnya. Sekali, dua kali, tiga
kali dan entah sampai berapa Kartini akan berhenti
menghitung banyak hari yang dilewatkan mamanya untuk
lembur. Kartini muak.
―Em, mungkin juga tidak pulang, kerjaan kantor
banyak. Jadi, jangan tunggu mama. Istirahat yang cukup,‖
tambahnya agak canggung.
Dan lagi, tidak pernah pulang. Kartini selalu
bertanyatanya pada angin saat ia beranjak tidur, mengapa
orang tuanya membangun rumah sedemikian besar kalau tidur
saja tidak pernah di rumah. Mending dijual saja untuk
membeli ribuan kucing di dunia, pikirnya.
Dari kecil Kartini memang sudah biasa sendiri. Orang
tuanya sibuk bekerja. Ayahnya yang seorang direktur
perusahaan advertisement dan mamanya yang seorang
pengacara. Pun ketika mereka telah resmi bercerai, Kartini
tetap tak mendapat perhatian lebih dari mamanya. Kartini
mengangguk ringan, menilik jam tangannya. Pukul 09.00.
―Aku ke kamar dulu,‖ katanya acuh lalu berlalu tanpa
melihat batang hidung mamanya.
96
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

